• Tentang Kami
Wednesday, November 5, 2025
SAGOE TV
No Result
View All Result
SUBSCRIBE
KIRIM TULISAN
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result

Agam Hana Raba Krèh

SAGOE TV by SAGOE TV
November 4, 2025
in SENI
Reading Time: 4 mins read
A A
0
Agam Hana Raba Krèh

Ilustrasi. (Pixabay)

Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Ari J. Palawi
Musisi dan Akademisi Seni Aceh

Dalam bahasa Aceh, ada sebuah hadih maja yang bunyinya keras dan getir, tapi sarat kebijaksanaan: “Agam hana raba krèh.” Secara harfiah, artinya laki-laki tidak meraba buah pelirnya sendiri — kalimat yang kasar di telinga, tapi luhur di makna. Ia bukan bicara tentang tubuh, melainkan tentang harga diri, keberanian, dan rasa malu yang menjaga manusia dari kehinaan.

BACA JUGA

Aceh Negerinya Seribu Satu Warung Kopi

Harmoni Sebagai Jalan Pulang Aceh

Peribahasa ini lahir dari masa ketika kata masih berarti. Ketika lelaki tidak hanya dinilai dari seberapa kuat fisiknya, tapi dari seberapa teguh ia memegang kebenaran. Laki-laki sejati adalah yang tahu kapan harus bicara, kapan harus diam, dan kapan harus berdiri di tempat yang benar — meski sendirian.

Sekarang, gema itu nyaris hilang. Kita punya banyak laki-laki dengan jas rapi, jabatan tinggi, dan gelar panjang, tapi sedikit yang masih punya malu. Banyak yang pandai berbicara, tapi takut menegakkan kebenaran. Banyak yang tampak gagah, tapi sebenarnya hanya penakut yang pandai bersembunyi di balik rapat dan kesepakatan palsu. Aceh kini seperti rumah besar yang masih berdiri, tapi kehilangan isi moralnya.

Nada Keberanian yang Hilang

Laki-laki Aceh dulu adalah penggubah keberanian. Mereka menyusun hidup seperti melodi — jujur, seimbang, dan tegas. Tgk. Chik di Tiro berjuang bukan untuk nama, tapi untuk kebenaran yang ia yakini. Teuku Umar menulis strategi dengan darahnya sendiri. Dan di antara mereka berdirilah seorang perempuan, Laksamana Keumalahayati, pemimpin armada laut pertama di dunia, yang berperang bukan demi gengsi, tapi demi kehormatan bangsanya. Ia adalah teguran abadi bagi para laki-laki yang kehilangan marwah. Ketika perempuan bisa berdiri di garis depan dengan keberanian, mengapa laki-laki hari ini justru berlindung di balik alasan dan kompromi?

Baca Juga:  Penyuka Musik Metal Cenderung "Setia"

Kini, banyak pemimpin yang lebih sibuk menjaga posisi daripada menjaga kebenaran. Banyak yang terlihat bekerja, padahal hanya sibuk mempercantik laporan. Ada yang berani bersuara, tapi hanya ketika aman. Mereka seperti gitar tanpa senar — tampak utuh, tapi tak lagi bersuara. Lebih menyedihkan lagi, sifat pengecut itu kini diwariskan kepada generasi muda. Banyak yang sudah akil balig tapi belum matang pikir. Tubuhnya dewasa, tapi jiwanya masih ringkih. Mereka ingin disebut laki-laki, tapi takut menjadi manusia yang bertanggung jawab.

Anak Muda dan Lagu yang Patah

Di kampus, di warung kopi, di ruang kerja, dan di forum publik, kita melihat wajah-wajah muda yang kehilangan arah moral. Mereka hafal teori dari luar negeri, tapi tak bisa membaca luka di sekitar. Pandai berbicara di media sosial, tapi gagap ketika harus turun tangan di dunia nyata. Mereka ingin tampil, bukan tumbuh; berani karena ramai, bukan karena benar.

Sekarang ini, di banyak kampus dan sekolah, banyak anak muda laki-laki yang kehilangan daya tahan batin. Badannya besar, tapi pikirannya rapuh. Sudah akil balig, tapi belum dewasa. Gampang menyerah, cepat bosan, dan malas berpikir panjang. Mereka lebih percaya diri berdebat di media sosial daripada berani menyentuh persoalan di lapangan. Banyak yang kuliah hanya untuk gelar, bukan untuk ilmu. Banyak juga yang jadi guru atau pemimpin muda, tapi bekerja dengan semangat “yang penting jalan.”

Fenomena ini bisa kita lihat di mana-mana — dari ruang kelas sampai lembaga pemerintahan. Budaya tanggung jawab makin tipis, sementara budaya cari aman makin tebal. Dulu, pemuda Aceh dikenal kuat hati, peka, dan berani berdiri di barisan depan. Kini banyak yang terjebak pada gaya hidup kosong — sok modern tapi rapuh, sok paham tapi malas belajar.

Baca Juga:  Muniru (Kehangatan dan Keakraban) Masyarakat Gayo

Syekh Abdurrauf dan Tafsir Keberanian

Namun sejarah Aceh tidak hanya diwarnai perang dan darah. Ada juga keberanian yang ditulis dengan pena dan ilmu.

Syekh Abdurrauf as-Singkili, ulama besar abad ke-17, menulis Tafsir Tarjuman al-Mustafid — tafsir Al-Qur’an lengkap dalam bahasa Melayu-Jawi. Karya itu bukan sekadar kitab tafsir, melainkan pernyataan moral: bahwa ilmu harus berpihak pada masyarakat, bukan pada kekuasaan. Di masa Sultanah Safiatuddin, beliau berani menegaskan pentingnya agama yang mencerahkan, bukan menakut-nakuti. Ia hidup di tengah politik istana, tapi tidak kehilangan arah spiritual. Syekh Abdurrauf mengajarkan bahwa keberanian sejati bukan pada siapa yang kita lawan, tapi pada seberapa jujur kita terhadap nurani sendiri. Ilmu tanpa keberanian hanyalah hiasan. Keberanian tanpa ilmu hanyalah kebodohan yang bersuara keras.

Hari ini, kita punya banyak orang pintar, tapi sedikit yang benar-benar berani jujur. Banyak yang mengajar tapi tak mendidik, berdakwah tapi menakuti, memimpin tapi tak memelopori. Semua sibuk memainkan peran, tapi lupa memainkan hati.

Kehilangan Malu, Hilangnya Musik Nurani

Malu adalah irama dasar dalam kebudayaan Aceh. Tanpa malu, hidup menjadi fals — seperti lagu yang kehilangan nada.

Dulu, orang Aceh menjaga malu sebagaimana menjaga iman. Kini, banyak yang menganggap malu sebagai penghalang karier. Pejabat bisa tersenyum di tengah kebusukan. Guru bisa membiarkan muridnya malas tanpa rasa bersalah. Mahasiswa bisa menyontek tanpa merasa hina. Semua tampak wajar — bahkan dianggap pintar mencari celah. Inilah hakikat dari hadih maja itu: agam hana raba krèh — laki-laki yang tidak lagi tahu di mana letak kehormatannya.Ia tak lagi meraba marwahnya, tak lagi memeriksa hatinya, tak lagi mendengarkan suara nuraninya. Dan ketika rasa malu mati, maka keberanian pun ikut terkubur bersama harga diri.

Baca Juga:  Urgensi Optimalisasi Tata Kelola Wakaf Aceh

Menemukan Kembali Irama Diri

Aceh tidak butuh lebih banyak pidato, tapi lebih banyak teladan. Laki-laki sejati tidak harus berteriak lantang; cukup tegak di tempat yang benar. Ia tidak menjilat ke atas dan tidak menindas ke bawah. Ia tidak menjual prinsip demi proyek, dan tidak menukar ilmu dengan tepuk tangan.

Sudah cukup kita menonton lakon kepemimpinan palsu yang berulang setiap lima tahun. Sudah cukup kita mendengar pidato yang indah tapi hampa. Yang kita butuhkan sekarang adalah keberanian moral — keberanian untuk malu, untuk belajar, untuk menolak kebodohan yang dibungkus kepintaran, dan untuk hidup jujur di tengah dunia yang pura-pura. Sebagaimana genderang dan rapa’i Aceh hanya berbunyi indah bila dipukul dengan ritme yang tepat, demikian pula hidup ini. Bila tidak jujur, ia hanya akan jadi bunyi tanpa makna.

Laki-laki Aceh — dari pejabat hingga mahasiswa, dari guru hingga seniman, dari dosen hingga pemimpin gampong — semua harus kembali mendengar gema hadih maja itu. Karena bila keberanian terus kita abaikan, kita bukan lagi agam, hanya gema kosong yang menunggu senyap. []

Tags: acehBudayagenerasi mudaMakin Tahu IndonesiaopiniPemuda AcehPriaSeniSeni Budaya
ShareTweetPinSend
Seedbacklink
SAGOE TV

SAGOE TV

SAGOETV.com adalah platform media digital yang memberi sudut pandang mencerahkan di Indonesia, berbasis di Banda Aceh. SAGOETV.com fokus pada berita, video, dan analisis dengan berbagai sudut pandang moderat.

Related Posts

Aceh Negerinya Seribu Satu Warung Kopi
SENI

Aceh Negerinya Seribu Satu Warung Kopi

by SAGOE TV
November 2, 2025
Harmoni Sebagai Jalan Pulang Aceh: Mengapa Musik dan Budaya Adalah Bahasa Baru Pembangunan Aceh
SENI

Harmoni Sebagai Jalan Pulang Aceh

by SAGOE TV
November 1, 2025
Aceh di Persimpangan Energi dan Budaya: Cerita Tentang Martabat, Pembangunan, dan Harapan Baru
SENI

Aceh di Persimpangan Energi dan Budaya: Cerita Tentang Martabat, Pembangunan, dan Harapan Baru

by SAGOE TV
October 7, 2025
Aceh Dua Dekade Damai: Seremoni Berlimpah, Substansi Terlupa
SENI

Meuseukat & Pho: Bukti Perempuan Aceh Tak Pernah Absen dari Sejarah Seni Islam

by SAGOE TV
September 26, 2025
Muniru (Kehangatan dan Keakraban) Masyarakat Gayo
SENI

Muniru (Kehangatan dan Keakraban) Masyarakat Gayo

by SAGOE TV
September 12, 2025
Load More

POPULAR PEKAN INI

Kisah Haru di Panggung MTQ

Kisah Haru di Panggung MTQ

November 2, 2025
Paradoks Darussalam: Demokrasi yang Bising di Luar, tapi Bisu di Kampus

Paradoks Darussalam: Demokrasi yang Bising di Luar, tapi Bisu di Kampus

November 1, 2025
Agam Hana Raba Krèh

Agam Hana Raba Krèh

November 4, 2025
Persiraja Raih Kemenangan Perdana di Kandang, Gol Penalti Connor Tundukkan Persekat

Persiraja Raih Kemenangan Perdana di Kandang, Gol Penalti Connor Tundukkan Persekat

November 3, 2025
Mualem Tegaskan Identitas Serambi Makkah, Tes Baca Al-Qur’an Bakal Jadi Syarat Wajib di Aceh

Mualem Tegaskan Identitas Serambi Makkah, Tes Baca Al-Qur’an Bakal Jadi Syarat Wajib di Aceh

November 2, 2025
Aceh Negerinya Seribu Satu Warung Kopi

Aceh Negerinya Seribu Satu Warung Kopi

November 2, 2025
Wujudkan Ekonomi Sirkular, Tim FEB Unimal Edukasi Warga Lancang Garam Kelola Sampah Berkelanjutan

Wujudkan Ekonomi Sirkular, Tim FEB Unimal Edukasi Warga Lancang Garam Kelola Sampah Berkelanjutan

November 4, 2025
Harga Tiket Persiraja vs Garudayaksa FC Resmi Dirilis, Mulai Rp30 Ribu

Persiraja vs Persekat: Laskar Rencong Uji Ketangguhan di Kandang Sendiri

November 1, 2025
Putri Aceh dan Putra Jawa Timur Terpilih Jadi Duta DPD RI 2025

Putri Aceh dan Putra Jawa Timur Terpilih Jadi Duta DPD RI 2025

November 4, 2025

EDITOR'S PICK

Strategi Ekonomi Aceh: Optimalisasi Potensi Lokal dan Ekspansi ke Pasar Global (bagian 2)

Jalan Baru Menuju Kebangkitan Ekonomi Aceh

September 22, 2025
USK dan BI Aceh Bahas Kolaborasi Kembangkan Ekosistem Wirausaha Mahasiswa

USK dan BI Aceh Bahas Kolaborasi Kembangkan Ekosistem Wirausaha Mahasiswa

May 16, 2025
Mualem Usulkan Dana Abadi untuk Kombatan dan Korban Konflik, Minta Dukungan Pemerintah Pusat

Mualem Usulkan Dana Abadi untuk Eks Kombatan dan Korban Konflik, Minta Dukungan Pemerintah Pusat

October 7, 2025
Wakil Bupati Aceh Besar Serahkan Rumah Tahan Gempa untuk Warga Glee Jai

Wakil Bupati Aceh Besar Serahkan Rumah Tahan Gempa untuk Warga Glee Jai

March 15, 2025
Seedbacklink
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Iklan
  • Aset
  • Indeks Artikel

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.

No Result
View All Result
  • Artikel
  • News
  • Biografi
  • Bisnis
  • Entertainment
  • Kesehatan
  • Kuliner
  • Lifestyle
  • Politik
  • Reportase
  • Resensi
  • Penulis

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.