BANDA ACEH – Menteri Agama, Nasaruddin Umar, menegaskan bahwa masjid harus mampu memberikan manfaat nyata bagi umat. Hal ini disampaikannya dalam acara Gema Takbir Nasional di Masjid Istiqlal Jakarta pada Minggu, 30 Maret 2025.
Dalam kesempatan tersebut, Nasaruddin Umar mencontohkan Masjid Istiqlal sebagai model masjid yang memberikan kemanfaatan luas kepada masyarakat. Masjid ini secara rutin menggelar pengajian oleh para ulama pilihan, sehingga dapat memberikan bimbingan keagamaan yang berkualitas bagi umat. Selain itu, Masjid Istiqlal juga aktif menyediakan santapan buka puasa bagi jamaah. “Alhamdulillah, semua ini dapat terwujud berkat bantuan dari para hamba Allah yang dermawan,” ujarnya sebagaimana dilansir dari situs resmi Kementerian Agama.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa bantuan tersebut tidak hanya diberikan kepada umat Muslim, tetapi juga kepada non-Muslim sebagai bentuk nyata dari nilai toleransi dalam Islam. Nasaruddin juga menyoroti pelaksanaan iktikaf di Masjid Istiqlal yang selalu diikuti banyak jemaah, baik pada malam-malam ganjil maupun genap di bulan Ramadan.
“Masjid Istiqlal menjadi contoh masjid yang istiqamah dalam memberikan layanan ibadah dan manfaat bagi umat. Bahkan, masjid ini dapat menjadi inspirasi bagi masjid-masjid lain di Indonesia maupun di dunia,” tambahnya.
Acara Gema Takbir Nasional ini turut dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno serta Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Abu Rokhmad.
Sebagai informasi, Salat Idulfitri tingkat kenegaraan pada 31 Maret 2025 juga akan digelar di Masjid Istiqlal. Salat tersebut akan dihadiri oleh Presiden dan Wakil Presiden, serta Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ahmad Tholabi Kharlie, yang bertindak sebagai khatib.
Puasa Mabrur untuk Indonesia Maju
Guru Besar UIN Jakarta, Prof. Ahmad Tholabi Kharlie, dalam khotbah Salat Idulfitri tingkat kenegaraan di Masjid Istiqlal Jakarta pada Senin, 31 Maret 2025, menyampaikan bahwa ibadah puasa mabrur akan membawa Indonesia menuju kemajuan dan kesejahteraan.
Menurutnya, puasa yang mabrur tidak hanya menjadikan individu yang saleh, tetapi juga menghadirkan kesalehan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. “Harapan bagi terwujudnya baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, negeri yang makmur dan diberkahi, harus kita perjuangkan secara kontinu, konsisten, dan bersungguh-sungguh dengan semangat menghadirkan kebaikan bersama,” ucap Tholabi.
Wakil Rektor Bidang Akademik UIN Jakarta itu menjelaskan bahwa berbagai ritual Ramadan memiliki dimensi personal sekaligus sosial. Puasa melahirkan jiwa autentik yang tercermin dalam pikiran dan tindakan yang berorientasi pada kebaikan bersama.
“Puasa membentuk pribadi, kelompok masyarakat, bahkan negara menjadi lebih baik,” tegasnya.
Tholabi menyoroti peran zakat, infak, dan sedekah sebagai instrumen afirmatif yang berdampak nyata pada aspek sosial, ekonomi, dan keadilan. “Kedermawanan dalam Islam mengajarkan semangat kebersamaan, gotong-royong, dan keberpihakan,” katanya.
Menurutnya, instrumen tersebut selaras dengan pemikiran para pendiri bangsa dalam merumuskan tujuan pendirian Indonesia yang berfokus pada kesejahteraan umum. Ia juga menegaskan bahwa nilai-nilai tersebut sejalan dengan sila kedua Pancasila, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.”
Tholabi juga menyoroti berbagai amaliah Ramadan seperti tadarus bersama, buka bersama, dan tarawih bersama yang menegaskan pentingnya kohesi sosial. “Kohesivitas adalah kata kerja, bukan sekadar wacana. Ini harus selalu diupayakan dengan sungguh-sungguh,” tegasnya.
Dia menambahkan bahwa kebersamaan dalam berbagai ritual Ramadan mengajarkan bahwa keberkahan muncul dari persatuan. “Dalam membangun Indonesia, diperlukan persatuan dan kebersamaan dari seluruh elemen anak bangsa. Persatuan harus dibangun melalui dialog dan komunikasi untuk mencari titik temu dalam mewujudkan kemajuan bangsa,” paparnya.
Menurutnya, Idulfitri harus tercermin dalam pikiran, perilaku, dan tindakan setiap individu dalam membangun interaksi baik dengan Tuhan maupun sesama manusia. “Pribadi-pribadi yang fitri pada titik paling ideal akan membawa kebaikan bagi lingkungannya. Spirit kemabruran puasa Ramadan harus menjadi kompas dalam membangun hubungan yang harmonis di ruang privat maupun publik. Inilah esensi Idulfitri yang kita rayakan hari ini,” tandasnya.
Tholabi menutup khutbahnya dengan mengajak seluruh umat Islam untuk terus menyalakan cahaya kebaikan, kemuliaan, dan kesejahteraan bagi negeri ini. “Indonesia akan terus diterangi dengan kebaikan, dengan ikhtiar dan perjuangan bersama untuk mewujudkan negara yang maju dan sejahtera dalam naungan ridha Allah,” tutupnya.
Salat Idulfitri di Masjid Istiqlal dihadiri oleh Presiden Prabowo Subianto, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, Ketua MPR RI Ahmad Muzani, Menteri Agama Nasaruddin Umar, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, serta sejumlah menteri dan duta besar negara sahabat. []