SAGOETV | BANDA ACEH – Guru Besar Ilmu Ekonomi Islam UIN Ar-Raniry, Prof. Dr. Tgk. H. Mohd. Yasir Yusuf, MA, membahas makna pakaian takwa dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan firman Allah dalam Surah Al-A’raf ayat 26. “Wahai anak cucu Adam! Sungguh, Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa itulah yang lebih baik…” (QS. Al-A’raf: 26).
“Ayat ini menegaskan bahwa pakaian memiliki dua fungsi utama, yakni menutup aurat dan menjadi perhiasan. Namun, yang lebih utama adalah pakaian takwa, yaitu nilai-nilai keimanan yang tercermin dalam perilaku sehari-hari”, ulasnya dalam kajian dan Halaqah Subuh Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Rabu (19/3/2025).
Dalam kajiannya, Prof. Yasir menyoroti dua aspek penting dalam gaya hidup yang mencerminkan ketakwaan seseorang. Pertama, cara seseorang menghabiskan waktunya. “Ada kebiasaan di masyarakat kita, di mana sebagian orang menghabiskan waktu berjam-jam di warung kopi setiap hari. Seolah-olah tanpa ngopi, hidup terasa kurang lengkap. Ini menjadi pola hidup yang terus berulang,” ujarnya.
Kedua, cara seseorang membelanjakan hartanya. Beliau mengingatkan bahwa sebagian orang lebih mementingkan pakaian bermerek atau makanan mahal demi status sosial. Padahal, hakikat ketakwaan bukanlah dari penampilan luar semata, tetapi bagaimana seorang Muslim menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam.
Al-Qur’an tentang Kesederhanaan
Prof. Yasir juga mengutip Surah Al-A’raf ayat 31 yang mengajarkan pentingnya mengenakan pakaian terbaik saat beribadah serta menjaga keseimbangan dalam konsumsi. “Allah berfirman, ‘Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan,’” jelasnya.
Dalam Islam, terdapat dua konsep penting dalam pengelolaan harta, yakni israf dan mubazir. Israf adalah berlebihan dalam hal yang halal, misalnya mengambil makanan melebihi kebutuhan hingga terbuang. Sementara mubazir adalah menggunakan harta untuk sesuatu yang haram atau sia-sia, yang dalam Al-Qur’an disebut sebagai perbuatan setan (QS. Al-Isra’: 27).
Lebih lanjut, Prof. Yasir menjelaskan bahwa pakaian takwa mencakup dua aspek utama. Pertama, aspek eksternal, yakni menjaga penampilan rapi dan sopan sesuai ajaran Islam, memakai pakaian bersih saat beribadah, serta menghindari gaya hidup yang berlebihan. Kedua, aspek internal, yang meliputi akhlak mulia, tutur kata yang baik, serta pengelolaan harta dan waktu dengan bijak.
Sebagai penutup, beliau mengajak jamaah untuk menjadikan Ramadan sebagai momentum perubahan ke arah yang lebih baik. “Jangan hanya mengubah jadwal makan dan tidur, tetapi ubahlah juga kebiasaan dan perilaku kita agar lebih sesuai dengan ajaran Islam. Mari kita jadikan pakaian takwa sebagai identitas sejati dalam kehidupan kita,” pungkasnya. []