• Tentang Kami
Tuesday, September 16, 2025
SAGOE TV
No Result
View All Result
SUBSCRIBE
KIRIM TULISAN
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result

Mengembalikan Masa Depan Migas Aceh: Dari Petro Dolar ke Petro Dirham

SAGOE TV by SAGOE TV
March 8, 2025
in Opini
Reading Time: 4 mins read
A A
0
Mengembalikan Masa Depan Migas Aceh: Dari Petro Dolar ke Petro Dirham
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Marwidin Mustafa
Penulis Jamaah Masjid Raya Baiturrahman dan Penikmat Isu-isu Strategis di Aceh

Pemerintah Mualem-Dek Fadh harus memastikan bahwa gas dari tanah Aceh benar-benar membawa kesejahteraan bagi rakyatnya. Dengan strategi lobi yang cerdas dan kebijakan yang tepat, Aceh bisa kembali ke masa keemasannya, kali ini bukan dengan Petro Dolar, tetapi dengan Petro Dirham sebagai simbol kemandirian ekonomi yang sesungguhnya.

Penemuan cadangan gas baru di lepas pantai kawasan atas Meureudu dan Samalanga membawa harapan baru bagi Aceh. Di tengah tantangan ekonomi dan menipisnya dana otonomi khusus, kekayaan migas ini bisa menjadi tonggak kebangkitan ekonomi daerah. Namun, sejarah telah mengajarkan bahwa tanpa strategi lobi yang kuat ke pemerintah pusat, Aceh hanya akan menjadi penonton dalam eksploitasi sumber daya alamnya sendiri.

BACA JUGA

Rp2,6 Triliun Dana Bank Aceh Syariah: Simpanan Aman atau Peluang Terlewatkan?

Pantai Ujong Batee Nasibmu Kini

Kita harus belajar dari sejarah. Di masa lalu, Aceh pernah berjaya dengan industri migas melalui PT Arun, yang menjadikan Lhokseumawe sebagai ‘Kota Petro Dolar’. Keberhasilan ini tidak lepas dari peran Gubernur Aceh saat itu, Muzakir Walad, yang memanfaatkan kedekatannya dengan Presiden Soeharto untuk memastikan bahwa pengelolaan gas Arun memberikan manfaat maksimal bagi Aceh. Kini, dengan penemuan gas terbaru di Blok Meureudu dan Samalanga, sejarah itu harus diulang, tetapi dengan model yang lebih berpihak kepada rakyat Aceh.

Dalam sebuah podcast di media SagoeTV pada Jumat, 7 Maret 2025, akademisi Universitas Syiah Kuala, Dr. Tgk. H. M. Adli Abdullah, SH, MCL, mengatakan bahwa Mualem-Dek Fadh sebagai pemimpin Aceh saat ini memiliki kesempatan emas untuk mengukir sejarah baru dengan melobi Presiden Prabowo Subianto. Lobi ini bukan sekadar meminta bagian dari eksploitasi migas, tetapi memastikan bahwa pengelolaan sumber daya ini dilakukan di Aceh, dengan melibatkan tenaga kerja lokal, membangun industri hilir, serta menciptakan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat. Sabang bisa menjadi pusat ekspor, tetapi Aceh juga harus menjadi pusat pengolahan dan distribusi gas, bukan hanya menjadi wilayah eksploitasi.

Baca Juga:  Komplikasi Permasalahan Bantuan Sosial

Mantan Staf Khusus Menteri ATR/Kepala BPN ini juga pernah menyampaikan pandangannya bahwa Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) harus berfungsi sebagai badan yang benar-benar strategis, bukan sekadar lembaga birokrasi yang hanya mengawasi eksploitasi oleh perusahaan asing. Kontrak kerja sama yang berpihak pada Aceh harus diperjuangkan, termasuk skema bagi hasil yang lebih adil. Jangan sampai gas dari Meureudu dan Samalanga hanya dipipanisasi ke luar Aceh, sementara rakyat Aceh tetap hidup dalam keterbatasan.

Jika Mualem mampu memainkan strategi politik dan diplomasi dengan baik, bukan tidak mungkin era kejayaan migas Aceh bisa kembali. Kali ini, dengan sebutan ‘Petro Dirham’—simbol ekonomi berbasis migas yang benar-benar dikelola untuk kepentingan rakyat Aceh. Prabowo sebagai presiden tentu memahami arti strategis Aceh dalam peta energi nasional. Jika kedekatan politik ini dimanfaatkan dengan cermat, Aceh bisa mendapatkan bagian yang lebih besar dalam industri migas, menghidupkan kembali kawasan industri berbasis gas di Lhokseumawe, dan menciptakan ribuan lapangan kerja baru.

Aceh tidak boleh lagi hanya menjadi objek eksploitasi tanpa mendapatkan keuntungan nyata. Pemerintah Mualem-Dek Fadh harus memastikan bahwa gas dari tanah Aceh benar-benar membawa kesejahteraan bagi rakyatnya. Dengan strategi lobi yang cerdas dan kebijakan yang tepat, Aceh bisa kembali ke masa keemasannya, kali ini bukan dengan Petro Dolar, tetapi dengan Petro Dirham sebagai simbol kemandirian ekonomi yang sesungguhnya.

Pengelolaan Sumber Daya Aceh

Aceh kembali dihadapkan pada peluang besar dalam industri migas. Penemuan cadangan gas baru di lepas pantai kawasan atas Meureudu dan Samalanga menjadi angin segar bagi perekonomian daerah, yang sejak lama merindukan kejayaan industri migas seperti era PT Arun di Lhokseumawe. Kini, di bawah kepemimpinan Mualem-Dek Fadh, Pemerintah Aceh memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa kekayaan alam ini tidak hanya menjadi angka statistik dalam laporan eksplorasi, tetapi benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat Aceh.

Baca Juga:  Barongsai Aceh Rebut 5 Medali di PON XXI 2024

Pemerintah Aceh tidak boleh hanya menjadi penonton dalam eksploitasi sumber daya alamnya sendiri. Salah satu tantangan terbesar yang harus dihadapi adalah memastikan bahwa hasil dari eksploitasi gas ini tidak hanya mengalir keluar daerah, tetapi juga memberikan dampak langsung bagi pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Kekhawatiran terbesar adalah bahwa gas dari Aceh akan dipipanisasi langsung ke Medan atau Jakarta tanpa memberikan nilai tambah bagi perekonomian lokal.

Sabang sempat diusulkan sebagai pusat ekspor gas, mengingat lokasinya yang strategis dan kedekatannya dengan lapangan migas Andaman. Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) telah berkomitmen menjadikan Sabang sebagai pusat logistik (shorebase) bagi kegiatan eksplorasi migas di Blok Andaman. Mubadala Energy, perusahaan migas asal Uni Emirat Arab, tengah mempertimbangkan penggunaan fasilitas pelabuhan di Sabang, yang dapat menjadi langkah awal dalam memastikan bahwa Aceh memiliki kontrol lebih besar dalam rantai distribusi gasnya.

Berpihak pada Rakyat Aceh

Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) memegang peran kunci dalam memastikan bahwa pengelolaan migas di Aceh berjalan dengan optimal. Namun, BPMA harus lebih dari sekadar lembaga birokrasi tanpa arah. Institusi ini harus diisi oleh individu-individu yang memiliki visi strategis, pemahaman mendalam tentang industri migas, serta kemampuan melakukan negosiasi yang menguntungkan bagi Aceh.

Sejarah panjang perjuangan Aceh dalam mendapatkan hak bagi hasil migas menunjukkan bahwa tanpa strategi lobi yang kuat, kepentingan daerah bisa dengan mudah terpinggirkan. Setelah melalui 125 kali pertemuan, akhirnya lahirlah PP 23 Tahun 2015 yang mengatur pembagian hasil migas dengan skema 70:30 atau 30:70, tergantung pada lokasi eksplorasi. Aceh juga berhasil memperoleh hak bagi hasil dari eksploitasi migas di luar 12 mil laut setelah negosiasi panjang dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Ini menunjukkan bahwa pendekatan politik dan diplomasi yang tepat sangat diperlukan agar Aceh mendapatkan manfaat maksimal dari sumber dayanya.

Baca Juga:  Antara Finterra dan GNFI: Inspirasi dari Dua Sahabat Beda Negara

Aceh tidak boleh jatuh ke dalam jebakan sejarah yang sama, di mana kekayaan alamnya dikeruk tanpa memberikan dampak signifikan bagi kesejahteraan rakyat. Pemerintah Aceh harus memastikan bahwa kontrak kerja sama dengan perusahaan migas dibuat dengan skema yang menguntungkan daerah. Lebih dari sekadar bagi hasil, Aceh harus memiliki kontrol lebih besar dalam pengelolaan industri ini.

Strategi konkret harus segera diterapkan, termasuk peningkatan keterlibatan tenaga kerja lokal, pembangunan infrastruktur pendukung, dan pengembangan kawasan industri berbasis migas di Lhokseumawe dan sekitarnya. Jika dikelola dengan baik, gas dari lepas pantai kawasan atas Meureudu dan Samalanga dapat menjadi bahan bakar utama bagi kebangkitan ekonomi Aceh.

Momentum ini adalah peluang emas yang tidak boleh disia-siakan. Pemerintah Aceh, di bawah kepemimpinan Mualem-Dek Fadh, harus memiliki visi yang jelas dan langkah nyata dalam memastikan bahwa Aceh tidak lagi menjadi korban eksploitasi tanpa manfaat nyata. Dengan strategi yang matang, Aceh bisa kembali menjadi salah satu pusat industri migas terbesar di Indonesia, mengembalikan kejayaan yang dulu pernah diraih, dan memastikan bahwa hasil bumi ini benar-benar menjadi berkah bagi rakyat Aceh. Jangan biarkan sejarah terulang, saatnya Aceh mengambil kendali atas masa depannya sendiri. Semoga!

Tags: acehArtikelMigasopini
ShareTweetPinSend
Seedbacklink
SAGOE TV

SAGOE TV

SAGOETV.com adalah platform media digital yang memberi sudut pandang mencerahkan di Indonesia, berbasis di Banda Aceh. SAGOETV.com fokus pada berita, video, dan analisis dengan berbagai sudut pandang moderat.

Related Posts

Rp2,6 Triliun Dana Bank Aceh Syariah: Simpanan Aman atau Peluang Terlewatkan?
Opini

Rp2,6 Triliun Dana Bank Aceh Syariah: Simpanan Aman atau Peluang Terlewatkan?

by SAGOE TV
September 15, 2025
Sahlan Hanafiah
Opini

Pantai Ujong Batee Nasibmu Kini

by Sahlan Hanafiah
September 9, 2025
Aceh Dua Dekade Damai: Seremoni Berlimpah, Substansi Terlupa
Opini

Aceh Dua Dekade Damai: Seremoni Berlimpah, Substansi Terlupa

by SAGOE TV
August 25, 2025
Kedudukan Ulama dalam Sistem Pemerintahan di Aceh
Opini

Kedudukan Ulama dalam Sistem Pemerintahan di Aceh

by SAGOE TV
August 20, 2025
Ketika Suara Alam Terkena Royalti
Opini

Ketika Suara Alam Terkena Royalti

by SAGOE TV
August 11, 2025
Load More

POPULAR PEKAN INI

Rp2,6 Triliun Dana Bank Aceh Syariah: Simpanan Aman atau Peluang Terlewatkan?

Rp2,6 Triliun Dana Bank Aceh Syariah: Simpanan Aman atau Peluang Terlewatkan?

September 15, 2025
Gas Raksasa Andaman: Titipan Damai, Harapan Sejahtera untuk Aceh

Gas Raksasa Andaman: Titipan Damai, Harapan Sejahtera untuk Aceh

September 15, 2025
Muniru (Kehangatan dan Keakraban) Masyarakat Gayo

Muniru (Kehangatan dan Keakraban) Masyarakat Gayo

September 12, 2025
Komisi XII DPR RI Dorong Pengelolaan Migas Aceh Profesional, Transparan, dan Berkelanjutan

Komisi XII DPR RI Dorong Pengelolaan Migas Aceh Profesional, Transparan, dan Berkelanjutan

September 14, 2025
RSIA Cempaka Az-Zahra Sukses Operasi Kasus Langka Agenesis Vagina dan Anomali Anogenital

RSIA Cempaka Az-Zahra Sukses Operasi Kasus Langka Agenesis Vagina dan Anomali Anogenital

September 13, 2025
Penyuka Musik Metal Cenderung "Setia"

Penyuka Musik Metal Cenderung “Setia”

August 30, 2025
Mualem Usulkan Pembangunan Terowongan Geurutee ke Bappenas demi Keselamatan dan Ekonomi Aceh

Mualem Usulkan Pembangunan Terowongan Geurutee ke Bappenas demi Keselamatan dan Ekonomi Aceh

September 14, 2025
Monolog ‘Tubuh yang Tak Pernah Takluk’ Hidupkan Semangat Cut Nyak Dhien di Rumah Sejarahnya

Monolog ‘Tubuh yang Tak Pernah Takluk’ Hidupkan Semangat Cut Nyak Dhien di Rumah Sejarahnya

September 7, 2025
Persiraja Umumkan Penjualan Tiket Laga Perdana Lawan Adhyaksa FC, VVIP Sudah Habis Terjual

Persiraja Umumkan Penjualan Tiket Laga Perdana Lawan Adhyaksa FC, VVIP Sudah Habis Terjual

September 10, 2025

EDITOR'S PICK

Danantara Diluncurkan, Prabowo: Memiliki Arti Sangat Penting, Bukan Sekadar Badan Pengelola Investasi

Danantara Diluncurkan, Prabowo: Memiliki Arti Sangat Penting, Bukan Sekadar Badan Pengelola Investasi

February 24, 2025
PSAB Sukses Tundukkan Tuan Rumah Persas 2-1

PSAB Sukses Tundukkan Tuan Rumah Persas 2-1

January 26, 2025
Manasik Haji Nasional Perdana, Diikuti Lebih dari 140 Ribu Jemaah

Manasik Haji Nasional Perdana, Diikuti Lebih dari 140 Ribu Jemaah

April 19, 2025
Penetapan Awal Zulhijah dan Iduladha 2025, Kemenag Gelar Sidang Isbat 27 Mei

Penetapan Awal Zulhijah dan Iduladha 2025, Kemenag Gelar Sidang Isbat 27 Mei

May 25, 2025
Seedbacklink
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Iklan
  • Aset
  • Indeks Artikel

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.

No Result
View All Result
  • Artikel
  • News
  • Biografi
  • Bisnis
  • Entertainment
  • Kesehatan
  • Kuliner
  • Lifestyle
  • Politik
  • Reportase
  • Resensi
  • Penulis
  • Kirim Tulisan

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.