SAGOETV | BANDA ACEH – Pakar migas nasional asal Aceh, Mohammad Fahmi, ST., M.Sc., membeberkan secara detail potensi besar migas di Aceh yang masih sangat menjanjikan, baik dari sisi data, sejarah, hingga proyeksi investasi ke depan. Dalam wawancara eksklusif bersama CEO Sagoetv yang ditayangkan Rabu, (2/7/2025), Fahmi mengungkap bahwa Aceh masih menyimpan cadangan migas sebesar 9 miliar barrel oil equivalent yang belum ditemukan.
“Dari laporan SKK Migas tahun 2024, Aceh telah memproduksi 4 miliar barrel oil equivalent. Tapi yang menarik, masih ada 9 miliar lagi yang belum ditemukan. Ini angka yang sangat besar,” ujar Fahmi yang telah berkarier lebih dari 20 tahun di industri migas nasional dan internasional.
Fahmi menegaskan, wilayah Aceh termasuk dalam kawasan North Sumatera Basin (NSB), yaitu cekungan migas yang mencakup hampir 99 persen wilayah Aceh dan sedikit wilayah Sumatera Utara. Dalam NSB ini, telah dilakukan 545 pengeboran eksplorasi dengan 90 sumur ditemukan mengandung migas, namun hanya 50 sumur yang berhasil masuk tahap produksi.
Menurutnya, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kondisi harga minyak dunia saat itu yang tidak ekonomis serta ukuran cadangan yang terlalu kecil dibandingkan biaya investasi. “Padahal itu sumur sukses, hanya tidak ekonomis. Sekarang dengan harga minyak membaik, ini bisa menjadi peluang untuk reaktivasi,” jelasnya.
Tujuh Dapur Migas Aceh
Berdasarkan kajian SKK Migas, Fahmi menyebutkan bahwa ada tujuh titik utama penghasil migas di Aceh, yakni Pase low North (offshore, perbatasan Malaysia–Thailand), Pase low South, Samalanga Low (masuk wilayah Bireuen), Ibu low Langsa Low, Pako Low, Tamiang Low (satu-satunya yang onshore)
“Samalanga termasuk area yang sedang-akan dieksplorasi. Aktivitas offshore mulai menunjukkan hasil. Mubadalla, perusahaan migas dari UEA, baru-baru ini menemukan cadangan di sumur Layaran dan Takulo,” kata Fahmi.
Fahmi menggambarkan Aceh sebagai “gadis cantik” di mata investor migas. Potensinya ada, lokasi strategis, namun regulasi dan kepastian investasi perlu lebih ramah investasi.
“Perlu dukungan dari pemerintah daerah dan BPMA agar menciptakan iklim investasi yang ramah dan profesional. Investor seperti Mubadala itu punya kekuatan finansial luar biasa. Kalau nyaman, mereka pasti masuk,” ucapnya.
Ia juga menyoroti perlunya Aceh mempersiapkan SDM lokal agar dapat bersaing saat industri migas kembali menggeliat. “Jangan kita jadi penonton di rumah sendiri. Siapkan SDM lokal mulai dari sekarang,” tegasnya. []
Selengkapnya di link berikut ini :