Oleh:Risnawati Ridwan
Penulis adalah Alumnus STKS Bandung dan ASN Pemko Banda Aceh.
Pandemi Covid 19 yang terjadi sejak awal tahun 2020 di Indonesia menimbulkan perubahan perilaku masyarakat dalam banyak hal. Peraturan pemerintah yang menghimbau pekerja kantoran untuk bekerja di rumah atau sering disebut Work From Home (WFH) menjadikan pekerja lebih banyak memiliki waktu luang di rumah. Jika sebelum masa pandemi, menghabiskan waktu di jalan dan luar rumah, maka sekarang waktu digunakan bersama keluarga.
Mereka membutuhkan olah raga agar tetap sehat dan bugar walaupun di rumah saja. Secara psikis menjadi stres sedangkan ruang untuk berkumpul dan berdiskusi dibatasi. Salah satu cara untuk menjaga kebugaran dan menjaga kesehatan mental adalah dengan cara bersepeda dan berkebun.
Tren yang terjadi sejak pandemi pada triwulan pertama tahun 2020, masyarakat lebih memilih bersepeda dengan jenis sepeda lipat dan berkebun dengan klasifikasi bunga hias tertentu seperti jenis Monstera, Philodendron, Hoya, Begonia, Aglaonema dan Calathea Black Lipstick.
Sepeda Lipat
Sepeda lipat pertama kali diciptakan bertujuan untuk memudahkan mobilisasi dalam militer. Namun saat ini sepeda lipat dibutuhkan sebagai moda transportasi yang praktis dan ramah lingkungan. Praktis dikarenakan mudah dibawa menggunakan kendaraan lain dan tidak menghabiskan tempat. Ramah lingkungan artinya kendaraan ini tidak menggunakan alat yang menimbulkan gas emisi dan merusak lingkungan.
Dengan terjadinya pandemi di seluruh belahan dunia, dan tuntutan menjaga kesehatan dan usaha meningkatkan imunitas tubuh, banyak orang melakukan olah raga yang ringan dan santai. Jika sebelum pandemi mereka tidak pernah melakukan olah raga rutin, maka sekarang orang-orang telah memilih untuk berolah raga dengan mengendarai sepeda. Keuntungan mengendarai sepeda sebagai bagian olah raga adalah menikmati pemandangan yang hijau dan menghirup udara yang segar dibandingkan dengan berolah raga di dalam ruangan atau indoor.
Pilihan bersepeda bagi sebagian orang juga berkaitan dengan lifestyle dan tren yang terjadi saat ini. Banyak orang lebih memilih menggunakan sepeda lipat daripada sepeda biasa selain karena bentuknya yang lebih elegan namun juga tidak membutuhkan energi yang besar dibandingkan dengan menggunakan sepeda biasa. Sepeda lipat membuat penggunanya menjadi “kekinian” dan terlihat lebih keren selain manfaat lainnya dari sepeda lipat seperti lebih mudah dibawa karena praktis, menghemat tempat penyimpanan, dan lebih mudah digunakan.
Sepeda lipat lebih mudah dan gampang dipakai di komplek perumahan yang mempunyai jalan mulus dibandingkan di perkampungan atau jalur berbukit dan berbatu.
Dengan sepeda lipat, pengguna juga bisa melakukan olah raga santai dan tidak punya alasan untuk tidak berolah raga. Walaupun kalori yang keluar saat menggunakan sepeda lipat lebih rendah daripada sepeda gunung namun tidak mengurangi manfaat dari berolah raga itu sendiri.
Membeli sepeda lipat tidak harus yang berharga mahal sampai dengan puluhan juta. Namun harga sepeda lipat sangat ditentukan oleh merek, kekuatan rangka, aksesoris dan seberapa ringkasnya proses melipat sepeda. Semakin tinggi rasa kenyamanan bersepeda maka semakin tinggi harga yang di bandrol. Bukan berarti sepeda dengan harga murah tidak menjamin kenyamanan bagi penggunanya.
Namun demikian, dengan segala kelebihan dan manfaat sepeda lipat, tetap ada kekurangannya juga. Sepeda lipat tidak dapat digunakan di jalan yang berbatu seperti penggunaan sepeda gunung. Sepeda lipat juga tidak dapat dipakai untuk kepentingan mobilisasi yang memerlukan kecepatan dan ketangkasan.
Jalan yang dipakai untuk mengendarai sepeda lipat adalah jalan aspal licin seperti jalan komplek perumahan karena roda sepeda yang kecil, sulit untuk memasuki jalan berkubang dan berbatu. Kekurangan lainnya, sepeda lipat sulit melewati polisi tidur karena diameter ban yang kecil sehingga menganggu stabilitas berkendara. Demikian juga untuk menempuh jarak yang jauh, sepeda lipat membutuhkan waktu yang lebih lama karena jenis roda yang digunakan adalah roda kecil dibandingkan sepeda gunung atau biasa.
Dengan demikian, tidak salah jika banyak orang terutama pekerja kantoran, yang biasanya tidak pernah berolah raga lebih memilih menggunakan waktunya untuk berolah raga dengan bersepeda dan menggunakan sepeda lipat. Lebih muda, lebih gaul, lebih gaya dan tidak capek.
Berkebun Bunga
Selama masa pademi, “demam berkebun’” ikut melanda warga perkotaan. Hal yang diyakini makin diminati sebagai momentum mendekatkan manusia dengan alam. Tren menanam bunga hias selama pandemi Covid-19 semakin meningkat di seluruh kalangan masyarakat Indonesia. Selain menjadi tren kekinian dan hobi, tanaman hias dapat digunakan sebagai ladang penghasilan tambahan. Maka tak heran, banyak masyarakat di berbagai daerah saat ini berlomba-lomba menanam tanaman hias di rumahnya dan tak jarang di berbagai media sosial tampil berbagai iklan tanaman yang dijual dengan harga yang fantastis.
Berkebun yang banyak dilakukan oleh masyarakat selama pandemi ini adalah berkebun tanaman hias. Beberapa tanaman hias yang banyak diburu selama pandemi yaitu Philodendron, Monstera, Hoya, Begonia, Aglaonema dan Calathea Black Lipstick. Harga tanaman hias ini bervariasi, terhitung dari puluhan ribu sampai puluhan juta hanya untuk 1 tangkai daun. Jenis-jenis tanaman hias ini sudah pernah tren beberapa tahun silam, namun saat ini telah berkembang dan diminati lagi oleh penyuka bunga-bungaan.
Tanaman hias juga memiliki fungsi sebagai elemen pembentuk taman rumah. Banyaknya orang yang nyaman dengan menikmati keindahan tanaman di dalam rumahnya, semacam healing, merelaksasi jiwa, mengurangi polutan dan debu di dalam ruangan yang biasanya terdapat pada bahan karet atau busa yang terdapat pada perabotan, hal ini tentunya membawa dampak positif sehingga dapat meningkatkan imunitas tubuh. Warna hijau dianggap mampu membuat perasaan lebih tenang dan itu berkaitan dengan kesehatan tubuh. Jadi, jika ingin mencari tanaman yang bisa membuat hunian terasa segar dan memberi manfaat untuk kesehatan, tanaman rekomendasinya.
Selain itu berkebun juga mempunyai manfaat bagi pelakunya seperti meningkatkan daya tahan tubuh, kegiatan berkebun biasanya dilakukan di luar ruangan, mengusir rasa jenuh dan stres, sebagai sarana latihan fisik dan olahraga, dan menjaga kesehatan otak dimana kegiatan menanam dan merawat tumbuhan di kebun adalah cara yang ampuh untuk menjaga kesehatan kognitif, dan meningkatkan volume otak. Hal ini dikarenakan selain melibatkan aktivitas fisik, berkebun juga membutuhkan konsentrasi yang tinggi.
Dengan berkebun, membuat kita lebih sabar dan berkomitmen untuk menjaga tanaman, Bersentuhan dengan tanah, menanam sesuatu, sabar menunggu hasil, dan memelihara bibit akan menawarkan pelajaran berharga bagi kehidupan pribadi seseorang. Nah, hal ini yang membuat orang yang gemar berkebun menjadi seseorang yang sabar, penuh kasih, bertanggung jawab, serta bisa merawat diri dengan baik.
Sebagai penutup, dapat dikatakan bahwa situasi pandemi ini membuat orang harus berfikir kreatif untuk meningkatkan imunitas tubuhnya sebagai pencegahan terpapar virus Corona yang mematikan. Tentunya dengan beraktivitas fisik dan terkena paparan sinar matahari secara langsung pastinya membuat imunitas tubuh semakin baik. Tidak ada yang sia-sia jika dilakukan dengan hati ikhlas, sekecil apapun aktivitas yang kita lakukan tentunya tetap membawa manfaat bagi tubuh kita. Termasuk bersepeda 30 menit setiap hari dan menyiram tanaman setiap pagi. Karena pada akhirnya setiap tindakan kita tetap bertujuan untuk beribadah kepada Pemilik Alam Semesta.[]