Oleh: Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad.
Dosen UIN Ar-Raniry dan Dewan Penasehat The Asian Muslim Action Network (AMAN).
Nama Johan Georg Hamann ( 27 Agustus 1730- 21 Juni 1788) sama sekali asing bagi saya, hingga menemukan nama tersebut ketika membaca karya-karya Berlin.
Nama Hamann muncul dalam studi Berlin terhadap Kounter terhadap Era Pencerahan. Berlin secara khusus menulis buku tentang Hamann yang berjudul The Magus of the North: J. G. Hamann and the Origins of Modern Irrationalism. Karya ini kemudian disatukan kembali oleh Henry Hardy dalam The Three Critics of the Enlightenment. Inilah bacaan awal saya tentang sosok Hamann. Adapun istilah “The Magus of the North” diartikan sebagai “orang bijak dari Utara.” Salah seorang sarjana yang juga sering dirujuk oleh Berlin adalah Johan Gottfried Herder. Tampaknya, Herder sangat dipengaruhi oleh Hamann. Ketika mengawali kajian tentang Hamann, Berlin menulis: “…he is one of the few wholly original critics of modern times.” Dalam pengantar The Magus of the North, Berlin menyebutkan bahwa ketertarikan pada Hamann dikarenakan “… Hamann is the first out-and-out opponent of the French Enlightenment of his time.” Berlin juga mengatakan “he is one of the few wholly original critics of modern times” dan “…is the pioneer of anti rationalism in every sphere.”
Namun ketika Hamann dianggap sebagai salah satu filsuf yang mengkounter Zaman Pencerahan, maka perlu ditelaah mengapa Hamann tidak begitu dikenal dalam sejarah filsafat di Barat. Berlin menyebutkan bahwa Hamann “..is the forgotten source of a movement that is the end engulfed the whole of European culture.” Dari pernyataan ini memperlihatkan bahwa Hamann begitu mempengaruhi pemikiran kefilsafatan di Eropa. Namun demikian, benar adanya, bahwa dalam beberapa buku tentang sejarah filsafat di Eropa, khususnya Era Pencerahan, nama Hamann sama sekali tidak pernah muncul. Dia digambarkan oleh Berlin sebagai seorang yang “obscure figure.” Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai “figur yang tidak jelas.” Adapun alasan Berlin memperkenalkan Hamann karena dia merupakan figur yang pertama kali menyatakan perang terhadap Pencerahan secara terbuka, melalui kekerasan dan secara sempurna.
Ketika mengupas tentang anti-rasionalisme di Jerman, Berlin merujuk pada sosok Hamann. Hingga menjelang ajalnya pada tahun 1788, Hamann secara terus menerus menerbitkan karya-karyanya, di mana dalam bahasa Berlin: “a series of violent attacks upon scientific materialism, universalism, and secularism.” Berlin menyimpulkan sikap anti-saintifik dan anti-rasional Hamann dalam kalimat berikut: “[A]ll knowledge for Hamann can be obtained through confrontation with reality provided by the sense, by instint, by the imagination, by the immediate, uncontractditable insight of the poet, the love, the man simple faith.” Dua kutipan tersebut memperlihatkan bahwa Hamann mengedepankan apa yang dialami di dalam jiwa manusia, bukan hanya pada rasionalitas semata. Apapun yang dialami di dalam perjalanan spiritual seseorang dapat dijadikan sebagai cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
Jika Pencerahan menawarkan rasionalitas semata yang dipraktikkan oleh para filsuf di Perancis, maka Hamann menantangnya dengan pengalaman yang terjadi di dalam diri manusia secara menyeluruh.
Dalam sejarah kehidupan Hamann, dia merupakan guru kepada Herder dan Jacobi. Dua nama tersebut sangat berarti bagi Hamann. Terhadap Herder, disebutkan bahwa dia “became his faithful and passionate disciple and … spread his master’s word throughout German-speaking lands.” Adapun terhadap Jacobi, Berlin menandaskan: “he [Hamann] met the philosopher F.H. Jacobi, one of the most famous thinkers of his day, and conquered his head and heart; Jacobi replace Herder in his affections and became his most devoted and admiring pupil.” Harus diakui bahwa kedua nama ini kemudian sangat terkenal di Jerman. Namun, paling tidak dapat dipahami bahwa penentangan Hamann terhadap apa yang terjadi di Perancis, kemudian dilanjutkan oleh Herder.
Sebagaimana dinyatakan di atas, Berlin menulis tentang Hamann dalam The Magus of the North yang juga terdapat dalam Three Critics of the Enlightenment. Jadi, secara khusus memang Berlin menyiapkan draf tentang Hamann. Disebutkan karya Berlin tentang Hamann dimulai pada tahun 1956. Hingga tahun 1960-an, baru dijumpai karya utuh Berlin tentang Hamann. Di sini, Berlin menjelaskan biografi dan latar belakang intelektual Hamann beserta dengan berbagai konsep darinya. Hamann lahir pada 27 Agustus 1730 di ibukota Prussia Timur Kőnigśberg. Sejak tahun 1946, dearah ini dikenal sebagai Kaliningrad. Latar belakangnya adalah Lutheranisme Jerman. Berlin mengulas latar belakangan keagamaan Hamann yaitu Protestanisme Jerman, yang misih dengan kelompok Jakob Bőhme’s, William Lawa, Methodis, dan Swedenborg. Berlin memberikan ciri khas gerakan ini sebagai berikut: “The German pietists were distinguished by a personal emotionalism and, in the secondhalf of the century especially, a gloomy puritanical self abasement and self-motification, and a stern opposition to the pleasures of the world and especially the secular arts, for which the Calvinist of Geneva, Scotland and New England had also been know.” Dengan begitu, dapat dipastikan bahwa Hamann merupakan penganut agama Kristen Protestan yang taat. Berlin menambahkan sampai akhir hidup, Hamann masih sebagai “devoted to Luther’s life and personality.”
Pelajaran penting dari cara Isaiah Berlin menempatkan seorang sarjana adalah dengan mencari esensi pemikiran atau gagasan yang dimiliki oleh sarjana tersebut. Di sini tampak bahwa Era Pencerahan sebenarnya tidak begitu mendapatkan simpati dari berbagai kalangan sarjana.
Namun, karena mereka tidak “dikenal” atau “terkenal”, akhirnya gagasan mereka sebagai suatu perlawanan tidak begitu menggema. Suara mereka “hilang” seiring dengan kelompok dominan dalam Era Pencerahan. Dalam konteks ini, Isaiah Berlin mencoba melawan Era Pencerahan ini melalui telaah-telaah dari trio pemikir yang tidak begitu dikenali, yaitu Hamann, Vico, dan Herder.[]