SAGOE TV | GAYO LUES – Ruwaidawati tampak semringah saat menceritakan pengalamannya mengajar di kelas digital Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Gayo Lues, Aceh. Perempuan kelahiran Blangkejeren tahun 1993 itu pernah memulai karier sebagai tenaga honorer pada 2018, sebelum akhirnya resmi ditetapkan sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) pada 2023 lalu.
Bagi lulusan Universitas Negeri Medan (UNIMED) tersebut, perubahan sistem pembelajaran dari manual ke digital bukan sekadar tantangan, melainkan peluang untuk terus berinovasi demi kemudahan belajar mengajar di tanah kelahirannya.
“Sebenarnya sama saja dengan manual,” ujar Ruwaidawati, Kamis (18/9/2025).
Bedanya dengan digital, kata Ruwaidawati, interaksi dengan orang tua lebih intensif, cara mengajar lebih mudah, dan pemberian tugas serta feedback bisa dilakukan meski siswa berada di rumah.
Meski demikian, dia tak menutup mata terhadap kendala teknis. “Kadang koneksi lambat, aplikasi susah dibuka, atau mati lampu. Itu yang jadi kendala utama,” ujarnya.
Namun, kendala tersebut tidak membuat semangatnya surut. Justru ia merasa bersyukur dan terbantu dengan fasilitas yang tersedia.
“Alhamdulillah, enak mengajar di sini. Kita pergunakan fasilitas yang ada sehingga aktivitas belajar bisa lancar,” katanya.
Lebih dari sekadar teknologi, Ruwaidawati juga menyoroti karakter murid-muridnya yang menyenangkan.
“Sejauh ini kelas ini sangat menyenangkan. Anak-anaknya patuh, jadi suasana belajar enak,” cerita Ruwaidawati sambil tersenyum.
Sementara itu, Sadri, Kepala MTsN 1 Gayo Lues mengatakan, kelas digital membuat pelajaran lebih simpel dan memiliki kelebihan.
“Dengan sistem yang ada, orangtua bisa mengawasi anaknya di sekolah. Karena selain akun siswa, orangtua juga memiliki akun,” ujarnya.
Jadi, kata Sadri, itu menjadi salah satu pendorong untuk memotivasi anak-anak. Ia mengaku terus berupaya agar kendala di madrasahnya teratasi.
“Ini setiap tambah siswa, setiap tahun kita tambah kapasitas internetnya,” kata Sadri.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Aceh, Azhari, mengatakan kelas digital ini adalah sebuah sistem belajar mengajar yang harus terus dikembangkan. Perubahan digitalisasi perlu disikapi dengan kesiapan guru.
“Kita mesti terus belajar dan menggali informasi untuk mengikuti perkembangan ilmu,” ujarnya.
Dengan begitu, kata Azhari, guru maupun siswa dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman.
“Ini bagian program Kemenag untuk pendidikan unggul, ramah dan terintegrasi. Kita harus mengembangkan lembaga pendidikan agar lebih unggul, ramah, dan terintegrasi dengan sistem digitalisasi,” sebutnya.
Azhari yakin dengan dedikasi dan kemampuan beradaptasi guru, bisa membangun proses belajar yang lebih efektif dan menyenangkan. []
Khairul Umami




















