SAGOETV | BANDA ACEH – Sebagian besar umat Islam di Indonesia bahkan di berbagai negara memperingati peristiwa Nuzulul Quran. “Nuzul” berarti turun, dan Al-Quran adalah kitab suci yang tidak ada bandingannya dalam kesucian. Para ulama menegaskan bahwa Al-Quran bukan sekadar kitab suci, tetapi juga manhaj (pedoman), kanun (hukum), serta undang-undang kehidupan yang harus dipegang teguh hingga kita bertemu dengan Allah Swt.
“Nuzulul Quran adalah sebuah peristiwa agung. Para ulama, berdasarkan firman Allah dalam Al-Quran, menjelaskan bahwa ada tiga proses turunnya Al-Quran ke bumi,” ujar Tgk H Surianto Sudirman,Lc, MA, Pimpinan Dayah Terpadu Nurul Ikhwah Nagan Raya, dalam ceramah peringatan Nuzulul Quran Pemerintah Aceh, di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Ahad, (16/03/2025) malam.
Tgk Surianto menjelaskan bahwa dalam kajian Alquran ada tiga tahapan Alquran diturunkan. pertama, dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia yakni, Al-Quran pertama kali berada di Lauhul Mahfudz, tempat di mana segala ketetapan telah ditulis. Kemudian, Kedua, Al-Quran diturunkan secara keseluruhan ke Baitul Izzah di langit dunia.
Ketiga, kata beliau, dari Baitul Izzah ke Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam secara berangsur-angsur. Dari Baitul Izzah, dijelaskan bahwa Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantaraan Malaikat Jibril secara bertahap selama 23 tahun. “Ini sesuai dengan firman Allah yang menyatakan bahwa Al-Quran diturunkan secara perlahan agar dapat dibaca dan dipahami oleh umat Islam,” ungkapnya.
Hadirkan dalam Hati
Dalam ceramah itu juga, ia menyatakan bahwa setiap tahun diperingati Nuzulul Quran, tetapi pertanyaannya adalah, apakah Al-Quran benar-benar telah hadir di dalam hati dan sanubari kita? Para ulama terdahulu menunjukkan keteladanan luar biasa dalam mencintai Al-Quran. Imam Aswad mengkhatamkan Al-Quran dua kali dalam semalam pada bulan Ramadhan. Imam Syafi’i bahkan mengkhatamkan Al-Quran 60 kali dalam bulan Ramadhan.
“Jika kita belum mampu meneladani mereka, setidaknya kita berusaha mengkhatamkan Al-Quran sekali dalam bulan Ramadan,” ujarnya.. Hingga malam ke-16 Ramadhan ini, sudah semestinya telah membaca 16 juz Alquran. “Jangan sampai kita termasuk dalam golongan yang disebut oleh Nabi Muhammad Saw, yaitu orang-orang yang meninggalkan Al-Quran,” paparnya mengingatkan para jama’ah yang hadir.
Jika Al-Quran telah hadir dalam hati kita, maka kita juga harus berusaha menghadirkannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Al-Quran adalah pedoman utama dalam syariat Islam, yang mencakup akidah, akhlak, dan ibadah. “Kita berharap syariat Islam benar-benar membumi di Nanggroe Aceh Darussalam,” harapnya.
Program-program yang baru saja diluncurkan oleh pemimpin kita harus kita dukung karena sejatinya tugas utama seorang pemimpin dalam Islam adalah menegakkan syariat Allah. Allah berfirman dalam Al-Quran bahwa pemimpin yang diberikan kekuasaan harus menegakkan shalat dan menjalankan perintah-Nya.
Sebagai rakyat, kita memiliki kewajiban untuk mendoakan para pemimpin agar mereka diberikan taufik dan hidayah dalam setiap keputusan yang mereka ambil. Dengan kebaikan pemimpin, maka kebaikan akan tersebar luas dalam masyarakat.
Momentum peringatan Nuzulul Quran diharaokan menjadi momentum bagi kita untuk semakin mendekatkan diri kepada Al-Quran. Kita berdoa agar Al-Quran tidak hanya turun dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah dan kepada Nabi Muhammad, tetapi juga benar-benar turun ke dalam hati kita dalam kehidupan pribadi dan berbangsa,” tutupnya. []