Oleh: Safuadi. ST., M.Sc., Ph.D.
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Aceh, dan Penulis Buku Strategi Memakmurkan Aceh; Mengubah Kutukan Sumber Daya Alam Menjadi Berkah.
Dana Otsus: Potensi Besar yang Belum Maksimal
Sejak 2008, Aceh mendapat Dana Otonomi Khusus (Otsus) sebagai buah perdamaian dan harapan besar bagi percepatan pembangunan. Jumlahnya tidak sedikit, setiap tahun triliunan rupiah mengalir ke Aceh. Namun, setelah lebih dari satu dekade, hasilnya belum sesuai harapan.
Tingkat kemiskinan masih tinggi, pengangguran tetap membayangi, dan infrastruktur strategis yang seharusnya menjadi lokomotif pertumbuhan belum sepenuhnya terwujud. Dana Otsus cenderung habis untuk program-program kecil yang menyebar ke banyak titik, tetapi tidak menghasilkan efek besar (multiplier effect). Harapan masyarakat agar Otsus menjadi motor kebangkitan ekonomi belum terjawab secara nyata.
Belajar dari Sukses BRR
Aceh pernah punya pengalaman emas: Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) pasca-tsunami 2004. Dalam empat tahun, BRR berhasil menata ulang Aceh dengan tata kelola yang relatif baik, cepat, dan terarah. Hasilnya nyata: rumah-rumah berdiri, jalan dan jembatan dibangun, fasilitas publik hadir, dan ekonomi kembali bergerak.
Kunci sukses BRR adalah adanya lembaga khusus yang kuat, independen, dan profesional, langsung bertanggung jawab ke Presiden. Pengalaman BRR membuktikan bahwa Aceh butuh lembaga serupa untuk mengelola Dana Otsus — sebuah lembaga yang fokus, bebas dari tarik-menarik politik jangka pendek, dan berorientasi pada hasil besar.
Membentuk Badan Pengelola Dana Otsus Aceh
Saya mengusulkan pembentukan Badan Pengelola Dana Otsus Aceh berupa Unit Kerja Presiden untuk Percepatan Pembangunan Aceh (UKP3A). Badan ini akan menjadi “BRR kedua”, tapi dengan misi berbeda: bukan sekadar rehabilitasi, melainkan transformasi ekonomi Aceh.
Unit Kerja Presiden untuk Percepatan Pembangunan Aceh (UKP3A) harus diberi mandat jelas: mengubah Dana Otsus dari belanja rutin menjadi mesin akselerasi pembangunan. Dengan dukungan Presiden, badan ini akan mengonsolidasikan dana, merancang strategi investasi, mengorkestrasi proyek lintas sektor, dan memastikan setiap rupiah Dana Otsus memberi dampak jangka panjang bagi rakyat. UKP3A nantinya dirancang dengan enam desk utama yang fokus pada isu-isu kunci:
- Pengentasan Kemiskinan dan Stunting
- Kemandirian Pangan dan Defisit Antar Daerah
- Kemandirian Fiskal dan Pertumbuhan Ekonomi
- Pariwisata Halal
- Investasi dan Industri
- Reformasi Birokrasi dan Good Governance
Pembentukan Unit Kerja Presiden
UKP3A akan menjadi mesin fiskal dan finansial yang memastikan Dana Otsus dipakai efektif, sementara enam desk menjadi mesin programatik yang menggerakkan sektor prioritas.
Kepastian Dana Otsus hingga 2047
Jika Dana Otsus diperpanjang hingga 2047, Aceh punya jaminan fiskal selama 20 tahun ke depan. Kepastian ini ibarat “emas bagi pembangunan”: dengan dana yang pasti mengalir, kita bisa menghadirkan kepastian bagi investor.
Melalui skema Creative Financing antara lain seperti Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU)dengan pola Availability Payment (AP), Sukuk, Green Financing, Blended Financing, Filantropi, Crowd Funding,Obligasi Daerah dan lain-lain, Aceh bisa membangun lebih dulu, membayar belakangan. Bandara kargo, pelabuhan modern, gudang logistik, rumah sakit, cluster wisata, kawasan industri, sarana pendidikan dan pelatihan, hingga smelter bisa langsung berdiri lengkap dan langsung menghasilkan kegiatan produktif dalam lima tahun pertama. Investor tenang karena ada jaminan pembayaran dari Dana Otsus hingga 2047. Pemerintah Aceh tidak lagi terhambat keterbatasan APBD.
Fokus pada Enam Industri Unggulan
UKP3A akan mengarahkan percepatan pembangunan ke sektor-sektor unggulan Aceh:
- Pariwisata: membangun pelabuhan serta bandara wisata, marina, resort internasional, dan destinasi halal kelas dunia.
- Agro: pusat lelang kopi, kakao, kayu manis dan pinang, infrstruktuk pasca panen termasuk unit fermentasi modern dan dry house, cold chain modern, digitalisasi logistik pertanian.
- Maritim: modernisasi pelabuhan dan bandara cargo, penyediaan kapal-kapal penangkap ikan modern dan frozen on board, hatchery lobster dan kepiting, ekspor biota laut premium serta berbagai produk frozen lainnya.
- Tambang dan Smelter: jalan akses industri, terminal curah, serta pabrik pengolahan mineral.
- Kesehatan: rumah sakit rujukan berkelas internasional, teaching hospital, jaringan telemedicine.
- Pendidikan: politeknik vokasi terapan serta pusatpusat pelatihan tenaga kerja dengan skill khusus untuk menyiapkan tenaga kerja siap industri baik di dalam maupun di luar negeri termasuk membangun jejaring komunitas diaspora Aceh di luar negeri sebagai penyangga bisnis Aceh di pasar global.
Keenam sektor ini adalah lokomotif pertumbuhan. Jika berjalan serentak, efeknya akan terasa: investasi masuk, ekspor naik, PAD tumbuh, dan masyarakat bekerja.
Mengapa Bisa Cepat?
Banyak yang skeptis: mungkinkah Aceh berubah hanya dalam lima hingga sepuluh tahun? Jawabannya: “sangat mungkin”.
Kuncinya ada pada desain pembiayaan. Dengan KPBU/AP dan skema Creative Financing lainnya, proyek strategis bisa langsung dikerjakan oleh investor, sementara pembayaran dilakukan bertahap dengan jaminan Dana Otsus. Pola ini sudah terbukti di berbagai negara, dan dengan kepastian fiskal 20 tahun, Aceh punya posisi tawar sangat kuat.
Dengan strategi ini, Aceh tidak perlu lagi menunggu dana terkumpul sedikit demi sedikit, atau membangun sebahagian-sebahagian dan parsial namun dapat membangun holistic dan terintegrasi. Infrastruktur besar bisa langsung terbangun, industri bisa langsung bergerak, dan ekonomi bisa langsung booming dalam lima hingga sepuluh tahun karena semua infrastruktur penunjang bisnis dan investasi telah terbangun.
Dampak Nyata
Jika skema ini dijalankan, maka dalam lima hingga sepuluh tahun Aceh akan mengalami perubahan nyata:
- Booming Ekonomi: infrastruktur strategis hadir, biaya logistik turun, ekspor meningkat, pariwisata tumbuh.
- Lapangan Kerja Baru: puluhan ribu tenaga kerja terserap ke sektor formal dan informal
- PAD Naik: dari pelabuhan, kawasan industri, layanan kesehatan, dan pariwisata.
- Kesejahteraan Meningkat: kemiskinan dan stunting turun signifikan.
- Aceh Jadi Model Nasional: menunjukkan bagaimana Dana Otsus bisa dikelola untuk transformasi, bukan sekadar belanja.
Peran Presiden Sangat Penting
Dukungan Presiden Prabowo Subianto menjadi kunci. Dengan mandat Presiden UKP3A akan memiliki legitimasi, akses lintas kementerian, serta kepercayaan dari investor global.
Bapak Presiden punya kesempatan emas meninggalkan legacy besar: menjadikan Aceh sebagai daerah pascakonflik yang berhasil bangkit, menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di barat Indonesia, sekaligus model pengelolaan dana khusus berbasis creative financing.
Penutup
Dana Otsus adalah peluang besar. Tapi peluang itu hanya akan menjadi kenyataan bila dikelola dengan cara baru. Melalui UKP3A sebagai pengelola fiskal dan enam desk sebagai eksekutor program, Aceh bisa melompat cepat.
Dalam lima hingga sepuluh tahun saja, wajah Aceh akan berubah: bandara dan pelabuhan modern beroperasi, industri unggulan bergerak, masyarakat bekerja, dan ekonomi melesat.
Inilah momentum emas Aceh. Dan inilah saatnya negara, lewat Presiden, menjadikan Aceh booming ekonomi—cepat, terukur, dan berkelanjutan. []