• Tentang Kami
Sunday, September 28, 2025
SAGOE TV
No Result
View All Result
SUBSCRIBE
KIRIM TULISAN
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result

Malam Puasa 13, Memikirkan Musala di Tempat Berbuka

Sulaiman Tripa by Sulaiman Tripa
March 12, 2025
in Ramadhan
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Dr Sulaiman Tripa

Dr. Sulaiman Tripa. Foto: Dokpri

Share on FacebookShare on Twitter

Hari ini, sudah hari ke-12, puasa. Saya belum ikut satu pun acara buka bersama. Sejumlah undangan, yang dilaksanakan pada tempat-tempat tertentu, saya mohon maaf tidak berhadir dan saya konfirmasi dari awal. Sejumlah tempat, yang saya tahu kondisi —terutama musalanya yang kecil— belum saya penuhi. Saya berharap tidak ada undangan buka lagi di tempat yang lokasi tempat shalat magrib sangat terbatas. Apalagi jamaah yang buka puasa jumlahnya tidak sedikit.

Dengan waktu yang sisa, undangan buka bersama saya pastikan tempatnya. Saya pribadi agak berat datang untuk buka bersama di tempat tertentu, sebelum saya pastikan bahwa tempat shalat magrib benar-benar tersedia secara layak. Berulang kali saya memiliki pengalaman tentang ini. Buka puasa, lalu saat mau shalat magrib, ternyata tempatnya tidak tersedia secara layak. Akhirnya harus mencari masjid atau meunasah terdekat.

Tahun yang lalu, ada yang kreatif. Mereka memilih tempat buka puasa bersama yang berdekatan dengan masjid atau meunasah. Dengan demikian, soal ini akan teratasi. Namun tetap menjadi catatan, bahwa tempat di sekitar masjid dan meunasah pun, tetap harus dikontrol agar tidak membuat keasyikan tersendiri di sana. Saat orang lain sedang beribadah, jangan sampai orang-orang yang menikmati makanan dan minuman di sana riang melebihi batas.

BACA JUGA

Malam Puasa 30, Selesaikanlah Urusan dengan Manusia

Malam Puasa 29, Apa yang Membekas dari Puasa Kita?

Sejauh ini, perjalanan puasa demikian maju. Orang-orang yang terbiasa dengan jaringan media sosial, akan memahami bagaimana perilaku orang-orang yang sedang beribadah zaman kini. Tidak sulit menemukan posisi orang, karena kebanyakan kita sendiri yang selalu memberitahukan posisi kita. Bahkan saat sedang apa dan dimana, kita sendiri yang tidak lagi memberi batas.

Baca Juga:  Malam Puasa 7, Tarawihlah dengan Bahagia

Seorang teman menyebut fenomena ini sebagai kehilangan ruang privat. Semua ruang, kamar, bilik, bahkan apapun, sudah menjadi milik publik. Pemiliknya yang membuat sesuatu itu milik publik. Bahkan untuk hal-hal yang tidak pantas sekalipun, orang-orang sudah tidak malu lagi menebarnya ke orang lain. Ada yang merendahkan diri mencari penonton medsosnya secara tidak pantas.

Termasuk dalam ibadah, kebanyakan kita juga sudah terbiasa dengan menebar wajah. Apa yang lebih mengerikan selain ibadah itu hanya dilakukan untuk memuaskan tampilan. Sehingga seseorang yang melakukan ibadah, mulai dari ibadah sunat hingga wajib, selalu mengirimnya ke media sosial. Mulai dari berdoa dan menengadah tangan hingga menugaskan orang yang merekam ketika kita sedang menunaikan shalat. Lalu mengirim ke berbagai grub media sosial. Orang-orang yang melihat akan menekan tanda suka, atau mengomentari secara luar biasa.

Ada yang berbeda antara ibadah yang tampak dengan yang tidak tampak. Salah satu yang saya maksud sebagai tidak tampak adalah orang yang berpuasa. Jika berdasarkan tampilan, kita tidak bisa membedakan orang berpuasa dengan mereka yang sudah berbuka. Orang yang tidak berpuasa, bisa berlagak seperti orang yang tidak makan sahur saat berpuasa. Ibadah ini juga bisa menghadirkan keramaian tersendiri.

Jadi yang namanya buka bareng menjadi tren banyak kalangan. Berbagai restoran, dengan berbagai variasi tawaran makanan, menjadi pilihan pengunjung. Tidak peduli apakah itu makanan lokal atau bukan makanan lokal. Tidak peduli juga siapa yang menjaja, orang lokal atau bukan orang lokal. Restoran dengan tawaran berbagai pilihan, baik corak, rasa, maupun komunitas yang menjadi sasaran. Remaja dan orang muda menjadi sasaran penting dalam agenda buka bareng ini. Untuk sasaran umur ini, sepertinya tidak butuh banyak tempat, selain tempat duduk berlama-lama di depan makanan.

Baca Juga:  Keindahan Ibadah Ramadhan di Masjid Jawa Bangkok

Saya memiliki pengalaman tidak menarik, dan pengalaman ini membuat saya agak susah datang pada undangan yang diadakan di tempat yang fasilitasnya tidak memadai. Biasanya warung makan dengan tempat duduk yang ratusan kursi jumlahnya, dengan deretan meja panjang yang banyak, namun giliran tempat untuk shalat, hanya menyediakan ruang kecil saja –yang mungkin hanya muat beberapa orang saja. Bisa dibayangkan berapa lama orang akan menunggu pada lokasi yang demikian. Sekiranya semua shalat, maka butuh waktu minimal lima menit untuk satu orang, dikalikan tidak lebih dari 10 orang, maka butuh waktu paling tidak enam hingga delapan kali lipat. Artinya, orang yang antre baru bisa menunaikan kewajibannya empat puluh menit kemudian. Waktu yang berada pada posisi akhir.

Hal yang sama di rumah tertentu yang mengundang buka puasa bersama, harus mempertimbangkan kondisi ini. Paling tidak, menghitung sekiranya rumah jauh dari masjid atau meunasah (mushalla). Tanpa perhitungan ini, maka yang menjadi korban adalah mereka yang berbuka puasa bersama tersebut. Saya pernah berbuka puasa bersama di rumah makan ternama. Atas undangan seorang senior, kami lalu berbuka, namun betapa kagetnya ketika mau melaksanakan shalat, ternyata tempatnya tidak sebanding dengan jumlah pengunjung warung. Langkah yang kami ambil –beberapa orang waktu itu—adalah menggelar sajadah di pinggir rumah makan, di lapangan yang berumput. Setelah shalat, ketika melanjutkan makan, kami sempat menyarankan kepada pemilik warung tersebut untuk memperhatikan kondisi tersebut. Waktu itu, pemiliknya mengaku akan segera menindaklanjutinya. Beberapa kali saya melewati tempat tersebut, ternyata tempatnya masih sama seperti dulu, belum berubah.

Melihat buka puasa bersama yang dilalui dengan meninggalkan kewajiban lainnya, rasanya miris. Kenyataan ini tidak bisa dianggap remeh, karena sama-sama merupakan kewajiban. Orang yang bijak, akan menghadiri undangan buka puasa bersama, namun begitu selesai meneguk sedikit air akan memilih mencari tempat yang layak untuk menunaikan kewajiban lainnya. Dengan begitu, bisa menunaikan dua hal sekaligus, yakni menghadiri undangan, dan tidak terlambat menunaikan kewajiban shalat. Menyelaraskan keduanya pun butuh tata pikir. Kita harus senantiasa buat hitung-hitungan yang saya ungkap di atas. Hal yang paling prinsip dari hitung-hitungan ini, agar saat mengejar ibadah yang satu, bukan meninggalkan ibadah lainnya. Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

[es-te, Rabu, 12 Puasa 1446, 12 Maret 2025]

Baca Juga:  Malam Puasa 21, Mari Mengorganisir Kebaikan
Tags: ArtikelDr Sulaiman TripaMalamMusalaPuasaRamadhan
ShareTweetPinSend
Seedbacklink
Sulaiman Tripa

Sulaiman Tripa

Sulaiman Tripa adalah analis sosial legal dan kebudayaan. Dosen Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala.

Related Posts

sulaiman tripa
Ramadhan

Malam Puasa 30, Selesaikanlah Urusan dengan Manusia

by Sulaiman Tripa
March 29, 2025
Dr Sulaiman Tripa
Ramadhan

Malam Puasa 29, Apa yang Membekas dari Puasa Kita?

by Sulaiman Tripa
March 28, 2025
sulaiman tripa
Ramadhan

Malam Puasa 28, Belajar Mengelola Nafsu

by Sulaiman Tripa
March 27, 2025
sulaiman tripa
Ramadhan

Malam Puasa 27, Connecting People dan Pentingnya Komunikasi

by Sulaiman Tripa
March 26, 2025
sulaiman tripa
Ramadhan

Malam Puasa 26, Menjelang Detik-detik Akhir

by Sulaiman Tripa
March 25, 2025
Load More

POPULAR PEKAN INI

Cerita dari Konferensi Perdamaian Perempuan Internasional 2025

Cerita dari Konferensi Perdamaian Perempuan Internasional 2025

September 24, 2025
Lima Ilmuwan PTKIN Masuk Top 2% Scientist Stanford–Elsevier 2025, Dua dari UIN Ar-Raniry

Lima Ilmuwan PTKIN Masuk Top 2% Scientist Stanford–Elsevier 2025, Dua dari UIN Ar-Raniry

September 23, 2025
Obituari Adun Baha; Guru Inspirator Kami

Obituari Adun Baha; Guru Inspirator Kami

September 22, 2025
Akademisi dan Aktivis Aceh, Dr. Tgk Baharuddin AR, Berpulang ke Rahmatullah

Akademisi dan Aktivis Aceh, Dr. Tgk Baharuddin AR, Berpulang ke Rahmatullah

September 22, 2025
USK Buka Pendaftaran Calon Rektor

USK Buka Pendaftaran Calon Rektor

September 23, 2025
Pandai Merasa Bukan Merasa Pandai

Tantangan Berhukum dengan Cinta: dari MoU ke UUPA

September 27, 2025
100 Tahun Hasan Tiro

100 Tahun Hasan Tiro

September 26, 2025
Enam Dosen USK Masuk 2% Top Saintis Dunia

Enam Dosen USK Masuk 2% Top Saintis Dunia

September 23, 2025
Malaysia Rayakan Hari Kebangsaan dan Hari Malaysia 2025 di Medan

Malaysia Rayakan Hari Kebangsaan dan Hari Malaysia 2025 di Medan

September 25, 2025

EDITOR'S PICK

Sebanyak 11.553 Peserta Ikuti UTBK SNBT di USK Aceh

Sebanyak 11.553 Peserta Ikuti UTBK SNBT di USK Aceh

April 23, 2025
Perkuat Komitmen Pendidikan Ramah Anak, Bunda Inklusi Kota Banda Aceh Kunjungi MIN 9

Perkuat Komitmen Pendidikan Ramah Anak, Bunda Inklusi Kota Banda Aceh Kunjungi MIN 9

February 2, 2025
MUNA Banda Aceh Jaga Harmoni dengan Ulama via Silaturahmi

MUNA Banda Aceh Jaga Harmoni dengan Ulama via Silaturahmi

March 20, 2025
Profesor Abdi A Wahab; Disiplin dan Humoris

Profesor Abdi A Wahab; Disiplin dan Humoris

March 8, 2025
Seedbacklink
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Iklan
  • Aset
  • Indeks Artikel

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.

No Result
View All Result
  • Artikel
  • News
  • Biografi
  • Bisnis
  • Entertainment
  • Kesehatan
  • Kuliner
  • Lifestyle
  • Politik
  • Reportase
  • Resensi
  • Penulis
  • Kirim Tulisan

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.