• Tentang Kami
Thursday, May 15, 2025
SAGOE TV
No Result
View All Result
SUBSCRIBE
KIRIM TULISAN
  • News
  • Podcast
  • Olahraga
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Nasional
  • Analisis
  • News
  • Podcast
  • Olahraga
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Nasional
  • Analisis
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result

Memahami Kebangkitan Ilmu Sosial di Barat

SAGOE TV by SAGOE TV
March 24, 2025
in Artikel
Reading Time: 4 mins read
A A
0
Memahami Kebangkitan Ilmu Sosial di Barat
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad
Dosen UIN Ar-Raniry, Kopelma Darussalam, Banda Aceh.

Dalam relung tiga abad ini ada beberapa peristiwa yang terus mendominasi yaitu sulitnya mencapai perdamaian dunia. Upaya untuk kolonialisasi terhadap negara-negara yang kaya akan sumber alam terus berjalan. Adanya blok-blok negara yang terus menerus memikirkan tiga hal yaitu: kepentingan, kekuasaan, dan pengaruh.

Selama 3 abad lebih ilmu sosial telah memenangi satu putaran persaingan dalam peradaban manusia. Esai ini tentu saja tidak hanya menjadikan ”ruang sejarah” 3 abad ini menjadi titik sentral, tetapi juga berusaha mencari aspek-aspek yang terdalam dari pengembangan ilmu sosial, dengan mengambil sampel pada sosiologi. Yang menarik, sebelum 3 abad tersebut, Barat dikenal dengan sangat relijius. Karya-karya bagaimana posisi agama dan Tuhan dalam masyarakat sangat diminati. Jauh, sebelum Darwin menemukan teori evolusi, Barat cukup dikenal dengan karya-karya tentang mistisme dan bagaimana bertemu dengan Tuhan. Bahkan sebelum abad Barat ”asyik” dengan kajian ketuhanan dan keagamaan, mereka juga cukup merasakan bagaimana dampak dan pengaruh intelektual Islam terhadap peradaban mereka.

BACA JUGA

Kelestarian Alam sebagai Jalan Kebahagiaan

Lingkungan Bersih sebagai Hak Asasi

Namun, di atas pemikiran sosiologi tersebut, terdapat ilmu lain yang berkembang di Barat yaitu filsafat. Buah dari pemikiran filsafat Barat melahirkan zaman Pencerahan (Enlightenment) pada abad ke-17. Inti dari pemikiran ini adalah bagaimana mengontrol dunia dengan akal dan riset-riset empiris. Jadi, memahami sosiologi berarti membuka lembaran sejarah filsafat Barat, lalu mengaitkannya dengan mimpi mereka untuk menguasai dunia dengan akal dan pemikiran yang sangat empiris. Dalam bidang sosiologi muncul nama Auguste Comte (1798-1857), pemikir dari Perancis, yang memberikan pengaruh yang amat luar biasa pada ilmu ini. Di samping Comte, dari Perancis juga muncul nama Claude Henri Saint –Simon (1760-1825) dan Emile Durkheim (1858 -1917). Ketiga pemikir ini mencoba merumukan bagaimana sosiologi bekerja dalam merespon era Pencerahan dan Revolusi yang berlaku di Perancis.

Baca Juga:  Partai Politik Asoe Lhok dan Krisis Demokrasi

Sebagai di Perancis, di Jerman juga kelahiran ilmu sosiologi juga dipengaruhi oleh pemikiran Filsafat. Salah satu pemikir tersebut adalah G.W.F. Hegel (1770-1831). Hegel adalah seorang filosof yang sangat mempengaruhi pemikiran Karl Marx (1818-1883). Adapun nama lain selain Marx adalah Max Weber (1864-1920) dan George Simmel (1858 – 1918). Lagi-lagi dalam rentang kehidupan para pemikir tersebut, ditemukan pengaruh pemikiran filsafat yang amat kuat dan dinamika intelektual yang berkembang di Jerman. Weber dikenal sebagai seorang sosiolog terkemuka yang menurut Spirit Ethic and the Spirit of Capitalism. Adapun Simmel dianggap sebagai peletak kajian ilmu ini yang memiliki beberapa teori sosial. Adapun di Inggris juga muncul beberapa pemikir sosiologi seperti Adam Smith (1723-1790) dan Herbet Spencer (1820 – 1903). Dari kelompok ini diketahui bahwa mereka lebih tertarik pada individu-individu yang membuat struktur dalam masyarakat dan karenanya lebih tertarik pada data dari individu dan dikaitkan dengan gambaran umum masyarakat. Ini agaknya yang melahirkan pengaruh statistik dalam ilmu sosial ini.

Begitulah sejarah ringkas penemuan ilmu sosial ini. Namun, dalam bab-bab berikut kita akan melihat bagaimana teori-teori mereka berkembang dan dimana mereka menempatkan agama di dalamnya. Secara keseluruhan ada pengaruh yang cukup kuat dari pemikiran filsafat yang melahirkan ilmu sosial ini. Di samping adanya keinginan untuk menempatkan akal atau rasio dalam menganalisa perubahan sosial, ditemukan juga bahwa begitu dominasi Comte dalam tradisi berpikir para sosiolog yaitu positivisme dan empirisme. Llyod mengatakan bahwa pemikiran ini sangat mempengaruhi kajian sosial pada abad ke-19. Adapun nama yang paling sering disebut adalah Saint-Simon dan Comte. Inti dari pemikiran ini adalah: “that positive, objective knowledge is to be had only by the method of natural science and that method is empiricism.” Oleh karena itu, kehidupan sosial harus dijelaskan dalam perspektif ilmu kealaman (natural science).

Baca Juga:  Kritik Tulisan “Menyikapi Gelombang Pengungsi Etnis Rohingya” Terbit Kompas

Ada satu tarikan bahwa sosiologi tidak dapat membendung pemikiran filsafat yang berkembang di Barat. Dalam beberapa bacaan saya, nama Hegel hingga ke Plato, sering muncul dalam literatur ilmu sosial ini. Namun, lagi-lagi rentang waktu ini telah berlalu sekian abad, dimana tikungannya telah berujung pada dua hal utama yaitu tentang keterlibatan alam dalam penemuan ilmu-ilmu sosial dan keterlibatan akal dalam memahami semua fenomena yang terjadi di dalam ini. Dalam ilmu sosial, dominasi aliran positivisme dan empirisme telah menegasikan peran metafisika, subjektifisme, dan spekulasi dalam memahami realitas empiris. Dalam diskusi ini, nama-nama yang muncul adalah Locke, Hume, Mach, Leibnitz, Frege, Russel, dan Wittegenstein yang berasal dari Vienna Circle.

Karen Amstrong dalam salah satu karyanya yang berjudul A History of God memaparkan bagaimana Barat memunculkan istilah ’kematian Tuhan’ dalam kehidupan mereka. Hampir semua pemikiran ini berasal dari para pemikir filsafat Barat, khususnya ketika terjadi Zaman Pencerahan di Eropa. Jadi, jika kita ingin mendalami bagaimana proses ’kematian Tuhan’ di Barat, maka kajian sosiologi agama merupakan salah satu pintu untuk memahaminya. Sebab, disini kita akan melihat bagaimana peradaban Barat dibangun setelah terjadi Zaman Pencerahan dimana semua masyarakatnya dianalisa dari wilayah perkotaan yang ingin menggunakan semaksimal mungkin akal untuk bertahan hidup.

Pada saat yang sama, pengaruh pemikiran Barat, khususnya ilmu-ilmu sosial, juga tidak dapat diabaikan dalam tradisi kesarjanaan Muslim. Teori-teori sosial sudah mulai ’masuk’ dan terkadang menjadi ’alat’ untuk membangun ’tradisi baru’ yang kerap menghadang monarki – salah satu contoh bentuk pola kekuasaan dalam Islam sebelum keruntuhan Turki Usmani pada tahun 1920-an. Saat itu, ummat Islam sudah membiasakan diri mereka dengan konsep-konsep dari Barat seperti sekularisasi, demokrasi, dan konsep nation state. Saat itulah beberapa pemikiran Muslim mencoba merespon arus dominasi ilmu-ilmu sosial dari Barat terhadap masyarakat Muslim. Sehingga dalam proses ini, ada yang menerima, setuju dengan berbagai syarat, dan bahkan menolak sama sekali ide-ide dari Barat yang merupakan ’buah’ dari kelahiran ilmu-ilmu sosial.

Baca Juga:  Belajar Memahami Dasar Ilmu Sosial dari Eropa

Akibatnya adalah ketika terjadi ”pertemuan” antara tradisi kesarjanaan dalam ilmu sosial dan tradisi kesarjanaan Islam pada ke-18 dan 19 Masehi, masing-masing bagian sedang menghadapi persoalan internal. Di Barat, mereka menggunakan ilmu ini sebagai cara untuk mengisi Zaman Pencerahan dan sebagian dari mereka juga sedang berupaya untuk terus menjajah kawasan Asia dan Afrika. Dalam tradisi kesarjanaan Islam, zaman-zaman ini tidak lagi ditandai dengan era kegemilangan, karena selain isu pintu ijtihad tertutup, beberapa kawasan Muslim sedang mengalami era stagnasi pemikiran. Sehingga yang muncul saat itu adalah para pembaru yang berusaha ingin ”membangkitkan” kembali ummat Islam dari keterpurukan. Diantara mereka juga ada yang belajar di Barat, sehingga tidak menutup kemungkinan, para pembaru ini pun merasakan pengaruh dari ilmu-ilmu sosial di Barat.

Adapun dampak lainnya adalah para ilmuwan sosial juga sudah mulai menerapkan teori-teori sosial dari Barat untuk menganalisa kehidupan sosial ummat Islam. Mereka menjadikan Muslim sebagai ’objek studi’ sehingga teori-teori yang mereka munculkan pun tidak bisa hilang dari bias fondasi keilmuan mereka di Barat. Hal inilah yang menyebabkan munculnya ekspansi teori-teori sosial ke dalam ranah kajian studi keislaman. Akibatnya, persoalan pertarungan tidak lagi pada aspek empirisme, tetapi juga pada persoalan epistemologi keilmuan masing-masing pihak. Dalam dataran filsafat, agaknya kajian Barat dan Timur tidak memiliki persoalan yang signifikan, selain saling mengisi satu sama lain. Hanya saja, ketika persoalan ilmu sosial, walaupun fondasinya dari filsafat, Barat dan Timur seolah-olah tidak dapat bersatu.[]

Tags: Ilmu Sosialkebangkitan Sosial
ShareTweetPinSendShare
Seedbacklink
SAGOE TV

SAGOE TV

SAGOETV.com adalah platform media digital yang memberi sudut pandang mencerahkan di Indonesia, berbasis di Banda Aceh. SAGOETV.com fokus pada berita, video, dan analisis dengan berbagai sudut pandang moderat.

Related Posts

Kelestarian Alam sebagai Jalan Kebahagiaan
Artikel

Kelestarian Alam sebagai Jalan Kebahagiaan

by Sulaiman Tripa
May 12, 2025
sulaiman tripa
Artikel

Lingkungan Bersih sebagai Hak Asasi

by Sulaiman Tripa
May 5, 2025
sulaiman tripa
Artikel

Hukum Lingkungan Berkeindonesiaan

by Sulaiman Tripa
May 2, 2025
sulaiman tripa
Artikel

Hukum Lingkungan dan Kesadaran Dampak Perubahan Iklim bagi Indonesia

by Sulaiman Tripa
April 28, 2025
sulaiman tripa
Artikel

Jalan Pembangunan Hijau

by Sulaiman Tripa
April 25, 2025
Load More

POPULAR NEWS

Waled Landeng: Prioritaskan Non-ASN R2 dan R3 Jadi PPPK Penuh Waktu

Waled Landeng: Prioritaskan Non-ASN R2 dan R3 Jadi PPPK Penuh Waktu

February 21, 2025
Gampong Lam Geu Eu Raih Juara Pawai Takbir Idul Fitri 1446 H Aceh Tahun 2025

Gampong Lam Geu Eu Raih Juara Pawai Takbir Idul Fitri 1446 H Aceh Tahun 2025

March 31, 2025
UIN Ar-Raniry Buka Prodi Manajemen Industri Halal, Mulai Terima Mahasiswa Baru

UIN Ar-Raniry Buka Prodi Manajemen Industri Halal, Mulai Terima Mahasiswa Baru

April 18, 2025
Realitas di Aceh Lebih ‘Bid’ah’ dari Filmnya

Realitas di Aceh Lebih ‘Bid’ah’ dari Filmnya

April 18, 2025
Wali Nanggroe, Waled Landeng dan Cap Sikureung di Malaya

Wali Nanggroe, Waled Landeng dan Cap Sikureung di Malaya

February 21, 2025

EDITOR'S PICK

Menghitung Perluasan Risiko Perang Skala Kawasan Timur Tengah

Bisakah Israel Dicerabut Dari Timur Tengah?

October 15, 2023
Jelang Persiraja vs PSPS, Panpel Pastikan Persiapan Sudah Matang

Persiraja Agendakan Uji Tanding untuk Isi Jeda Kompetisi Liga 2

March 20, 2025
Mewujudkan Tata Kelola Gampong di Aceh Besar yang Kolaboratif dan Inovatif

Mewujudkan Tata Kelola Gampong di Aceh Besar yang Kolaboratif dan Inovatif

January 30, 2025
Satgas Halal Kemenag Aceh Lakukan Pengawasan JPH di 70 Lokasi

Satgas Halal Kemenag Aceh Lakukan Pengawasan JPH di 70 Lokasi

October 18, 2024
Seedbacklink
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Iklan
  • Aset
  • Indeks Artikel

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.

No Result
View All Result
  • Artikel
  • News
  • Biografi
  • Bisnis
  • Entertainment
  • Kesehatan
  • Kuliner
  • Lifestyle
  • Politik
  • Reportase
  • Resensi
  • Penulis
  • Kirim Tulisan

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.