Oleh: Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad.
Dosen UIN Ar-Raniry, Kopelma Darussalam, Banda Aceh.
Beberapa tahun yang lalu, saya mengisi agenda di Kodam Iskandar Muda, yakni Apel Dansat. Dalam acara itu, saya diminta untuk berbicara tentang ancaman non-militer (non-military threat). Intinya, melihat ancaman terhadap negara, bukan dari kekuatan militer. Dalam sesi presentasi, saya mengutip satu pandangan jenderal dari Pakistan yang mengatakan tentang manusia supra (supra individuals) yang mampu mengendalikan konflik di berbagai negara. Nama jenderal tersebut adalah Raheel Sharif, Komandan Militer Pakistan. Dia menuturkan bahwa musuh itu bisa saja “lives within us and looks like us.”
Topik ini juga saya paparkan di hadapan Intelkam, Polda Aceh. Di samping itu, juga beberapa diskusi terbatas tentang strategis dan arah ancaman terhadap negara, terutama dengan perwakilan Kementerian Pertahanan di provinsi Aceh.
Diskusi manusia supra dalam operasi intelijen memang telah saya dalami sejak tahun 2008. Kelompok ini, sebagaimana dipaparkan oleh Raheel Sharif, mereka sangat berbahaya, karena kemampuan mengendalikan suatu kawasan. Mereka sangat boleh jadi bersama di dalam diri kita dan mirip seperti kita.
Sepintas tidak ada yang aneh dengan pernyataan di atas. Namun, ketika dikatakan musuh itu dapat menyelinap dalam diri kita, maka itu merupakan proses pembajakan jiwa dan badan seseorang. Mereka dapat melakukan apapun dengan mengontrol dari jarak jauh, tentang apapun yang ingin dilakukan oleh seseorang.
Kemampuan itu lantas bisa memunculkan kegaduhan di mana-mana. Kemampuan untuk membaca, membajak, dan mengendalikan tingkah laku, rupanya mendapatkan perhatian serius dari Michio Kaku, dalam beberapa karyanya.
Jiwa manusia merupakan mikro-kosmos, sedangkan alam semesta adalah makro-kosmos.
Beberapa negara memiliki direktorat khusus yang membidangi tentang Kosmik Intelijen. Kemampuan mengendalikan diri, merubah diri, dan berpikir serta berperilaku secara kedirian merupakan bagian dari intelijen kosmik.
Demikian pula, bidang kajian kemestaan juga merupakan bagian dari kajian intelijen kosmik. Di sini, gerak alam dan tubuh manusia yang memiliki energi kosmik, dapat dijadikan bahan kajian dalam dunia intelijen. Gerak alam sangat menentukan perilaku manusia. Demikian pula, gerak manusia juga sangat ditentukan oleh gerak alam itu sendiri. Siapapun yang memahami kedua gerakan ini, merekalah yang dikenal sebagai manusia supra.
Kemampuan untuk mengoleksi informasi alam memang bukan pekerjaan mudah. Saat ini, mereka yang memiliki kemampuan finansial astrologi, mampu digunakan dalam jual beli saham. Mereka yang piawai di dalam kemampuan ini, mampu memutuskan keputusan besar hanya berdasarkan pada gerak alam, termasuk bulu-bulu di tangan mereka sendiri.
Semua gerak alam yang penuh energi bukan sesuatu kebetulan. Ada pesan khusus bagi mereka yang mampu memahami dan menafsirkannya. Karena itu, mereka yang paham akan dunia “perkalian kosmik” ini tidak begitu sulit di dalam memutuskan hal-hal strategis.
Bayangkan, jika hal di atas diterapkan pada konteks pertahan dan keamanan negara, khususnya di dalam memproduksi perkiraan intelijen. Atau, mereka yang mampu melakukan produk intelijen, misalnya, analisa strategis berdasarkan pada kemampuan mikro dan makro kosmik intelijen.
Ditambah lagi, jika beberapa manusia supra mampu mengendalikan energi kosmik ini pada peperangan, kegaduhan, dan kerusuhan. Atau, mereka yang sangat paham bahwa suatu peristiwa besar harus terjadi di negeri mereka, karena gerak kosmik mengharuskan kejadian tersebut berlaku atau terjadi.
Ketika berjumpa dengan mereka yang menekuni intelijen strategis (strategic intelligence), kami berdiskusi bagaimana kekuatan “radar kosmik” yang memiliki wilayah teritorial secara telekinesis. Rupanya, setiap negara memiliki “manusia supra” yang memiliki kekuatan “radar kosmik” untuk melakukan penginderaan jarak jauh.
Mereka memiliki kemampuan membaca isi pikiran para pemimpin. Sehingga, untuk menghalangi “radar kosmik” biasanya, mereka yang memutuskan hal-hal yang bersifat strategis, memiliki kekuatan perisai intelijen (shield intelligence). Misalnya, agak sulit membaca isi pikiran atau kebatinan seorang, sebab sejak hari dia dilantik, maka perisai intelijen telah dikenakan pada dirinya, supaya tidak mudah dibaca dan dikontrol oleh musuh.
Untuk itu, presiden memiliki beberapa rahasia yang tidak pernah boleh dia bongkar ke publik. Selain itu, secara kosmik dia pun tidak boleh mengunjungi beberapa tempat, baik di dalam maupun luar negeri.
Di Indonesia, seorang Presiden paling tidak direkomendasikan untuk berkunjung ke Kediri, Jawa Timur. Sebab, secara “drama kosmik”, kalau nekat ke Kediri, diprediksi Presiden tersebut akan jatuh ketika dia berkuasa.
Demikian pula, tempat yang paling sering dikunjungi, kendati hanya beberapa saat, adalah provinsi Aceh. Karena energi kosmik provinsi ini sangat jauh berbeda dengan provinsi-provinsi lainnya di Indonesia. Tidak mengherankan nantinya beberapa tanah di Aceh, akan dikumpulkan untuk kekuatan kosmik, bagi mereka yang sedang berkuasa di Indonesia.
Semua hal di atas, mereka terkesan tidak ilmiah. Namun, ketika beberapa sarjana sains dan fisika mengkaji tentang kekuatan manusia dan alam semesta. Beberapa hal yang membuat kita penasaran tentang situasi kebangsaan, biasanya akan terjawab dengan kajian intelijen kosmik.
Kekuatan intelijen juga bisa dijadikan sebagai basis untuk menghancurkan sebuah negara, yang dikenal sebagai perang kosmik (cosmic war).
Dalam buku Terror in the Mind of God (2000), Mark Juergensmeyer memperkenalkan konsep Cosmic War, dimana alasan-alasan yang sangat metafisika atau abstrak, dapat diterjemahkan ke dalam realitas sosial, yang dapat memicu sebuah konflik atau perang.
Karena itu, ketika terjadi kegaduhan (dalam bahasa perwayanga, huru hara dan goro-goro), maka itu bukan hanya dari ambisi manusia durjana, tetapi juga ada peran alam yang merespon bagaimana tingkah laku manusia terhadapnya.
Karena itu, dataran Kosmologi Jawa, misalnya, sangat penting untuk hidup selaras antara alam dan manusia. Kalau terjadi ketidakseimbangan, maka potensi bencana tidak perlu dicari jawabannya dari peramal, sebab hal tersebut akan muncul dalam ilmu “matematika kosmik.”
Dalam konteks ini, manusia supra akan terus memonitor apa yang harus dilakukannya untuk menciptakan peperangan dan kerusahan, dalam perspektif “matematika kosmik” sebagai bagian dari intelijen kosmik []