• Tentang Kami
Sunday, September 28, 2025
SAGOE TV
No Result
View All Result
SUBSCRIBE
KIRIM TULISAN
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result

Meuseukat & Pho: Bukti Perempuan Aceh Tak Pernah Absen dari Sejarah Seni Islam

SAGOE TV by SAGOE TV
September 26, 2025
in SENI
Reading Time: 4 mins read
A A
0
Aceh Dua Dekade Damai: Seremoni Berlimpah, Substansi Terlupa

Ari J. Palawi. (Foto: dokumentasi pribadi)

Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Ari J. Palawi

Di sebuah sore (Sabtu, 6 September 2025) di Lhoksukon saya duduk bersama syeh Faizan, utoh Rapa’i Pasee. Obrolan kami sederhana, tidak melulu tentang seni, melainkan tentang kehidupan sehari-hari. Lalu saya melakukan video call dengan kanda Rafly ‘Kande’, mengetahui syeh Faizan juga sahabat baik beliau. Dari balik layar, kanda Rafly berbagi pengalaman panggungnya. Ada kegelisahan yang ia rasakan: seolah-olah ruang bagi perempuan dalam kesenian Aceh kian menyempit, seakan panggung untuk mereka tidak lagi terfasilitasi sebagaimana mestinya.

Kegelisahan ini mengantar kami kepada percakapan yang lebih dalam: mengapa kesenian masyarakat Aceh yang dulu tumbuh subur di dayah, zawiah, rangkang, dan meunasah, kini makin jarang terdengar? Mengapa banyak ruang itu justru digantikan oleh bentuk seni dari latar budaya Arab? Pertanyaan kritis pun muncul: apakah kesenian Aceh itu tidak islami? Syeh Faizan menanggapi dengan tenang, dari sudut pandang ketertiban dan kekhusyukan. Memang, dentuman Rapa’iPasee yang keras dan menggelegar terasa sulit dipadukan dengan rutinitas harian di dayah, tetapi tetap punya tempat terhormat dalam pertunjukan khusus.

Kalau kita jujur, perempuan Aceh tidak pernah absen dalam sejarah seni. Meuseukat adalah salah satu buktinya. Tarian duduk ini dimainkan berkelompok oleh perempuan, dengan syair yang melantunkan do’a, pujian Nabi, atau kisah rakyat. Dalam pesta pernikahan, pelepasan jamaah haji, hingga perayaan hari besar, Meuseukat menjadi ruang ekspresi religius sekaligus sosial. Bentuk awalnya, Ratéb Duek, berakar dari praktik zikir tarekat Sammān’iyah yang kemudian diperkaya dengan gerak dan nyanyian (Raseuki, 1993). Dari situ lahir pula Ratéb Meuseukat, yang lebih kental dengan syair-syair religius, menunjukkan betapa erat kaitannya seni perempuan dengan dakwah Islam (Kartomi, 2011).

Baca Juga:  Wagub Tegaskan Komitmen Pemerintah Aceh Dukung Investasi Uni Emirat Arab di Sabang

BACA JUGA

Muniru (Kehangatan dan Keakraban) Masyarakat Gayo

Penyuka Musik Metal Cenderung “Setia”

Di Aceh Barat dan Selatan ada Pho, tarian berdiri yang dimainkan perempuan. Kadang ia tampil dalam suasana suka, kadang pula dalam suasana duka. Dari Pho lahir malelang, ratapan perempuan dalam konteks kematian, sebuah tradisi ekspresi duka yang sarat nilai spiritual sekaligus sosial (Bowen, 1991). Sementara itu di dataran tinggi Gayo, tumbuh Bines, dimainkan oleh perempuan dengan syair khas Gayo, menjadi bukti bahwa setiap wilayah Aceh memiliki ragam estetika perempuan yang berakar pada tradisi Islam. Bahkan Seudati yang selama ini dikenal maskulin pun memiliki bentuk Seudati Inong, meski jarang mendapat sorotan sebesar Seudati Agam (Raseuki, 1993).

Semua ini memperlihatkan bahwa seni perempuan bukan penyimpangan. Ia adalah bagian integral dari tradisi Aceh. Dan lebih jauh lagi, ia menunjukkan kemampuan Islam di Aceh untuk berakulturasi. Sejarah panjang Nusantara membuktikan bahwa seni sudah ada sejak prasejarah—nyanyian, musik bambu, dan tari ritual dalam konteks animisme. Masa Hindu-Buddha memberi warna baru. Lalu Islam datang sejak abad ke-13, tidak menghapus tradisi, melainkan memeluk dan mengislamkannya. Dari praktik zikir lahirlah Ratéb Duek. Dari syair-syair dakwah lahirlah meuseukat. Rapai digunakan sebagai pengiring zikir dan hikayat (Kartomi, 2012).

Sastra pun ikut meneguhkan ini. Hikayat Prang Sabi adalah contoh paling terkenal, karya besar Teungku Chik Haji Muhammad Pante Kulu: puisi religius yang membakar semangat jihad melawan kolonialisme Belanda (Ricklefs, 2001). Syair, hikayat, dan panton menjadi bagian dari keseharian, menunjukkan bagaimana seni dan Islam menyatu dalam politik, budaya, dan spiritualitas Aceh. Nyak Ina Raseuki menegaskan bahwa Seudati atau Meuseukat bukan ritual ibadah, melainkan ekspresi iman yang tumbuh bersama adat, sebagai bagian dari cara orang Aceh merayakan keislamannya dengan estetika (Raseuki, 1993).

Baca Juga:  Belajar Matang dari Ruang Seni

Namun, kita tidak bisa menutup mata. Jalur pendidikan tradisional yang dulu menjadi tempat suburnya seni—dayah, zawiah, rangkang, meunasah—kini banyak kehilangan fungsi kulturalnya. Di sekolah formal, kurikulum sering lebih menekankan musik Eropa daripada Rapa’i atau Meuseukat. Padahal pendidikan adalah jalur paling efektif untuk regenerasi. Tanpa itu, tradisi hanya akan hidup sesekali dalam festival, tanpa basis yang kuat di masyarakat. Margaret Kartomi mengingatkan: tradisi tidak hilang, ia berevolusi. Tetapi tanpa regenerasi yang terfasilitasi, evolusi itu bisa berakhir sebagai kepunahan (Kartomi, 2011).

Karena itu, ada dua prinsip yang patut kita pegang. Pertama, jangan terburu-buru menilai bahwa perempuan tidak boleh berkesenian. Kehati-hatian boleh ada, tetapi sifatnya pada tata cara dan konteks, bukan larangan mutlak. Kedua, jangan pernah berhenti mengajarkan tradisi seni masyarakat Aceh di jalur pendidikan formal, informal, maupun non-formal. Di sekolah rakyat, di sekolah umum, di kursus seni, di rumah-rumah sanggar, tradisi harus terus diajarkan, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Itulah jalan paling konkret untuk memastikan seni tidak berhenti pada generasi kita.

Tradisi Berkesenian Masyarakat di Aceh harus kita pandang sebagai sebuah orkestra besar yang penuh warna. Ada dentuman Rapa’i Pasee yang mengguncang dada, liar sekaligus sakral, menuntut ruang panggungnya sendiri. Ia mungkin tidak dapat menyatu dengan ketenangan keseharian dayah, tetapi tetap layak dimuliakan dalam pentas besar. Namun, jangan sampai perhatian kita hanya berhenti pada rapa’i semata. Ada Meuseukat dengan syair yang lembut, Phoyang tegak penuh ekspresi, Malelang yang menyuarakan duka, Bines yang memantulkan keindahan dataran tinggi, dan Seudati Inong yang tak kalah berwibawa. Semua tradisi perempuan itu sama-sama besar, sama-sama Islami, sama-sama bermakna. Bersama rapa’i dan Seudati, mereka membentuk wajah Aceh yang utuh—keras dan lembut, tegas dan indah, religius dan artistik. Menjaga mereka berarti menjaga jati diri, merawat Islam yang ramah, dan memelihara kebanggaan kita sendiri. []

Baca Juga:  Merangkai Komitmen dalam Kata: Cerita Pendaftaran Beasiswa Unggulan

Tentang Penulis:

Ari Palawi, S.Sn., M.A., Ph.D. Lahir, bernyanyi dan belajar hingga SMA di Banda Aceh. Lalu menekuni gitar klasik, musikologi dan etnomusikologi, serta kajian budaya Asia di ISI Yogyakarta, University of Hawai’i at Manoa, dan Monash University. Saat ini mengajar di Universitas Sumatera Utara dan Universitas Syiah Kuala.

Tags: acehAri J. PalawiKebudayaanMeuseukatMeuseukat & PhoPerempuan AcehPhoRapaisejarahSeni
ShareTweetPinSend
Seedbacklink
SAGOE TV

SAGOE TV

SAGOETV.com adalah platform media digital yang memberi sudut pandang mencerahkan di Indonesia, berbasis di Banda Aceh. SAGOETV.com fokus pada berita, video, dan analisis dengan berbagai sudut pandang moderat.

Related Posts

Muniru (Kehangatan dan Keakraban) Masyarakat Gayo
SENI

Muniru (Kehangatan dan Keakraban) Masyarakat Gayo

by SAGOE TV
September 12, 2025
Penyuka Musik Metal Cenderung "Setia"
SENI

Penyuka Musik Metal Cenderung “Setia”

by SAGOE TV
August 30, 2025
Mencari Minat Generasi Muda terhadap Museum di Tanah Rencong
SENI

Mencari Minat Generasi Muda terhadap Museum di Tanah Rencong

by SAGOE TV
August 27, 2025
Di Antara Mesin dan Jiwa Menyiapkan Fondasi Kreatif di Era AI
SENI

Di Antara Mesin dan Jiwa: Menyiapkan Fondasi Kreatif di Era AI

by SAGOE TV
August 16, 2025
Belajar Matang dari Ruang Seni
SENI

Belajar Matang dari Ruang Seni

by SAGOE TV
August 5, 2025
Load More

POPULAR PEKAN INI

Cerita dari Konferensi Perdamaian Perempuan Internasional 2025

Cerita dari Konferensi Perdamaian Perempuan Internasional 2025

September 24, 2025
Lima Ilmuwan PTKIN Masuk Top 2% Scientist Stanford–Elsevier 2025, Dua dari UIN Ar-Raniry

Lima Ilmuwan PTKIN Masuk Top 2% Scientist Stanford–Elsevier 2025, Dua dari UIN Ar-Raniry

September 23, 2025
Obituari Adun Baha; Guru Inspirator Kami

Obituari Adun Baha; Guru Inspirator Kami

September 22, 2025
Akademisi dan Aktivis Aceh, Dr. Tgk Baharuddin AR, Berpulang ke Rahmatullah

Akademisi dan Aktivis Aceh, Dr. Tgk Baharuddin AR, Berpulang ke Rahmatullah

September 22, 2025
USK Buka Pendaftaran Calon Rektor

USK Buka Pendaftaran Calon Rektor

September 23, 2025
100 Tahun Hasan Tiro

100 Tahun Hasan Tiro

September 26, 2025
Enam Dosen USK Masuk 2% Top Saintis Dunia

Enam Dosen USK Masuk 2% Top Saintis Dunia

September 23, 2025
Malaysia Rayakan Hari Kebangsaan dan Hari Malaysia 2025 di Medan

Malaysia Rayakan Hari Kebangsaan dan Hari Malaysia 2025 di Medan

September 25, 2025
Aceh Dua Dekade Damai: Seremoni Berlimpah, Substansi Terlupa

Meuseukat & Pho: Bukti Perempuan Aceh Tak Pernah Absen dari Sejarah Seni Islam

September 26, 2025

EDITOR'S PICK

Jadikan Masjid Sumber Manfaat bagi Umat

Jadikan Masjid Sumber Manfaat bagi Umat

April 1, 2025
Pandai Merasa Bukan Merasa Pandai

Hukum dalam Permainan Tata Bahasa

March 20, 2025
In Memoriam Anthony Reid: Warisan Sang Sejarawan untuk Aceh dan Asia Tenggara

Anthony Reid dan Kenduri Kematian

June 11, 2025
Gol Tunggal Mantan Pemain Persiraja Bawa Persijap Promosi ke Liga 1

Gol Tunggal Mantan Pemain Persiraja Bawa Persijap Promosi ke Liga 1

February 26, 2025
Seedbacklink
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Iklan
  • Aset
  • Indeks Artikel

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.

No Result
View All Result
  • Artikel
  • News
  • Biografi
  • Bisnis
  • Entertainment
  • Kesehatan
  • Kuliner
  • Lifestyle
  • Politik
  • Reportase
  • Resensi
  • Penulis
  • Kirim Tulisan

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.