SAGOETV | BANDA ACEH – Ekonomi berbasis keimanan dan kejujuran merupakan kunci utama dalam membangun kesejahteraan masyarakat. Hal ini disampaikan oleh Akademisi Universitas Syiah Kuala (USK), Prof. Dr Apridar, SE, MM, dalam diskusi Gelar Wicara Santripreneur Batch 2 dengan tema “Potensi Santripreneur Menuju Kemandirian Ekonomi Aceh.” Selasa, 25 Maret 2025, di Auditorium Lantai 8, Gedung Landmark BSI Aceh, Kota Banda Aceh.
Prof. Apridar, menyoroti pentingnya menjalankan konsep ekonomi Islam yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, karena masih banyak masyarakat yang merasa takut menghadapi ketidakpastian ekonomi, sehingga mereka cenderung menumpuk harta sebagai jaminan masa depan. Padahal, dalam perspektif Islam, rezeki seseorang telah ditetapkan oleh Allah dan dapat diambil dalam sekejap jika itu bukan haknya.
“Kita sering kali merasa cemas dan takut kekurangan, sehingga lebih mengandalkan sistem ekonomi konvensional, bahkan sampai menghalalkan segala cara. Padahal, jika kita menjalankan ekonomi dengan prinsip Islam, kita justru akan memperoleh keberkahan,” ujar Prof. Apridar.
Ia menekankan bahwa banyak pelaku ekonomi konvensional yang mengandalkan praktik-praktik yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam, seperti riba dan kecurangan. Menurutnya, kekhawatiran para pelaku usaha yang takut kehilangan keuntungan dalam sistem ekonomi Islam mencerminkan kelemahan iman mereka.
“Banyak yang berpikir jika tidak ada sistem perbankan konvensional, ekonomi akan mati. Padahal, justru sistem Islam lebih menjamin keberlanjutan dan keadilan,” tambah mantan Rektor Unimal Lhokseumawe ini.
Selain itu, Prof. Apridar juga menyoroti pentingnya kejujuran dalam bisnis. Ia memberikan contoh bagaimana pedagang yang jujur dalam bertransaksi akan lebih dipercaya oleh pelanggan dan memperoleh keberkahan dalam usahanya. Sebaliknya, menutupi cacat barang hanya akan mendatangkan kekecewaan dan merusak kepercayaan pelanggan.
“Kejujuran dalam bisnis bukan hanya bermanfaat bagi pelaku usaha, tetapi juga menjadi investasi jangka panjang yang membawa keberkahan. Jika kita menipu pelanggan, mungkin sesaat kita mendapatkan keuntungan, tetapi dalam jangka panjang kita akan kehilangan kepercayaan dan merugi,” jelasnya.
Lebih lanjut, Prof. Apridar menegaskan bahwa keberhasilan dalam ekonomi bukan semata-mata hasil usaha manusia, melainkan juga bergantung pada pertolongan Allah. Ia mencontohkan pengalamannya sendiri dalam dunia akademik, di mana ia terpilih menjadi rektor tanpa mengandalkan koneksi ataupun mengeluarkan biaya politik.
“Ketika kita bersandar kepada Allah dan berusaha dengan cara yang benar, hasilnya akan datang dengan sendirinya. Begitu pula dalam ekonomi, jika kita mengandalkan kejujuran dan keberkahan, kita tidak perlu takut mengalami kegagalan,” tutupnya.
Dengan pendekatan ekonomi berbasis nilai-nilai Islam, Prof. Apridar berharap masyarakat semakin memahami bahwa rezeki yang halal dan berkah akan membawa kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, sudah saatnya konsep ekonomi Islam lebih digelorakan agar dapat menjadi solusi bagi tantangan ekonomi saat ini. []