SAGOETV | ACEH BESAR – Para petani Kecamatan Simpang Tiga, Aceh Besar mengeluhkan kondisi harga gabah saat panen tidak sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah. Mereka menyampaikan hal tersebut saat menerima kunjungan perwakilan Bulog, Senin (10/2/2025).
Harga gabah di sana berkisar antara Rp6.000 sampai Rp6.200, sementara pemerintah telah menetapkan keputusan melalui Badan Pangan Nasional Nomor 2 tahun 2025 tentang perubahan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), yaitu Rp6.500.
Rosmaini (53 tahun) petani asal Gampong Ateuk Lampeuot Kecamatan Simpang Tiga berharap gabah hasil panennya dibeli dengan harga Rp6.500. “Saya berharap harga yang bagus, untuk mendapat keuntungan pada musim tanam ini,” ujarnya.
Ia mengaku sangat terpukul karena musim tanam yang lalu tidak bisa memanen akibat kekeringan yang melanda daerahnya. “Karena itulah, panen kali ini janganlah harganya turun terus, kapan kami para petani ini bisa untung jika harga jual saat panen selalu turun,” imbuhnya.
Kondisi yang tidak menguntungkan petani ini mendapat perhatian khusus dari Bulog Aceh, sehingga menurunkan tim untuk dilakukan monitoring ke kawasan panen di Kecamatan Simpang Tiga dan berkunjung ke kantor Balai Penyuluhan Pertanian (BPP ) Simpang Tiga.
Kunjungan tersebut bertujuan untuk menjelaskan mekanisme serapan gabah petani oleh Bulog kepada para penyuluh pertanian. “Kita dari Bulog siap menyerap gabah dari petani dengan harga Rp6.500 per kilogram. Begitu panen, petani bisa langsung menghubungi kami, bisa melalui penyuluh pertanian setempat, dan kami langsung mengirim tim untuk menjemput hasil panen padi petani di lokasi panen,” jelas Mahlizar, utusan Bulog Aceh di kantor BPP Simpang Tiga.
Ia mengatakan penjemputan padi ke lokasi pertanian tidak perlu menambah biaya pengangkutan lagi, dan diusahakan untuk bayar secara transfer ke rekening petani. “Kami akan jemput langsung gabah ke petani agar tidak menambah beban transportasi angkutan petani,” ujarnya.
Sementara itu, Koordinator BPP Simpang Tiga Khaidir mengatakan turunnya tim Bulog Aceh secara langsung ke lapangan, agar petani mendapatkan kepastian terkait harga gabah mereka. “Selama ini petani kita menjualnya Rp6.000 kepada agen pengumpul, paling mahal Rp6.200, itupun sangat sulit,” katanya. []