• Tentang Kami
Tuesday, May 20, 2025
SAGOE TV
No Result
View All Result
SUBSCRIBE
KIRIM TULISAN
  • News
  • Podcast
  • Olahraga
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Nasional
  • Analisis
  • News
  • Podcast
  • Olahraga
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Nasional
  • Analisis
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result

Dua Muka

Sulaiman Tripa by Sulaiman Tripa
March 20, 2025
in Artikel
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Dua Muka
Share on FacebookShare on Twitter

Secara sederhana, tulisan ini sesungguhnya hanya ingin mengungkapkan bahwa apa yang terjadi di belakang tidak selalu selaras dengan apa yang tampak di depan.

Orang yang berjualan barang dan jasa tertentu yang diletakkan di depan, tidak selalu sudah begitu dari belakangnya. Tidak jarang, untuk menghasilkan satu barang kecil yang menarik, ternyata harus mengorbankan banyak orang. Pernahkah seorang pemakai perhiasan mahal mempertanyakan hal ini? Terutama benda-benda mahal dari perut bumi daerah konflik yang diperebutkan dengan darah dan nyawa.

Sesuatu yang sudah tertata rapi di rak-rak toko juga demikian. Di belakang, ketika barang-barang tersebut disiapkan, sudah melewati banyak tahapan. Sepatu yang harganya mahal, bisa jadi dibeli dengan harga murah dari para pembuatnya, lalu produsen bermerek mengganti dengan mereknya. Sayur-sayur yang ditata di supermarket, dibeli dari petani dengan harga yang biasa-biasa saja –bahkan lebih murah dari yang diperkirakan.

BACA JUGA

Kelestarian Alam sebagai Jalan Kebahagiaan

Lingkungan Bersih sebagai Hak Asasi

Hal ini berlaku dalam makanan. Sehingga dalam suatu perjalanan lapangan ke pedalaman Aceh, seorang senior mengingatkan bahwa sebelum makan, baiknya tidak pergi dulu ke belakang. Apa yang ditampilkan dalam rak makan, belum tentu selaras dengan bagaimana proses di belakangnya. Tidak semua rumah makan yang sangat bersih di depan, juga bersih di belakang. Begitu juga makanan enak yang tersedia di rumah makan-rumah makan, di belakang tidak selalu selaras dengan rasa enak yang didapat itu.

Orang mengejar tempat makan tertentu yang tersedia makanan yang langka. Siput sungai dalam gulai pliek u tidak tersedia di semua tempat. Orang tidak bisa membayangkan bagaimana siput itu didapat –mungkin seperti membayangkan rubung batang kala yang tidak semua tempat tersedia.

Bagaimana rumitnya mempersiapkan bebek yang tidak mengeluarkan bau khas, atau daging kambing yang renyah, atau ikan paya yang prosesnya rumit luar biasa. orang-orang yang makan tidak semua membayangkan rumitnya prosesnya tersebut.

Hal lain yang sering dilupakan mereka yang menyantap, namun selalu jadi catatan bagi penata. Bukankah apa yang dihasilkan dengan kerja keras di belakang (dapur), harus disahuti dengan penataan yang bagus di depan? Penataan yang bagus kerap menipu mata, dan itu yang dilakukan masyarakat modern. Makanan yang dijual dipotret dengan penuh kepalsuan, berlipat timbul godaan dibandingkan ketika ia terhidang di depan kita.

Baca Juga:  Analisis Konspirasi Membedah Strategi Hamas Menjebol Pertahanan Israel

Kehidupan nyata banyak ditipu dengan dunia seolah-seolah. Orang-orang yang seolah bersuara keras memperjuangkan keadilan, padahal sedang mempersiapkan dirinya untuk mendapatkan jabatan. Melakukan sesuatu yang benar seolah-olah untuk keberpihakan. Padahal hanya untuk meraih sesuatu dan akan diam ketika semua sudah didapat.

Seperti itulah makanan, bagai kehidupan yang berbabak-babak. Kehidupan yang berpotensi melahirkan apa yang disebut sebagai idealitas di satu titik dan realitas di titik yang lain.

Das Sollen dan das sein. Dulu, pertengahan abad ke-20, Erving Goffman memperkenalkan realitas itu dalam gagasan dramaturgi. Ia menganalogikan kehidupan sosial itu seperti babakan drama di atas sebuah pentas.

Tidak semua penonton mampu memahami apa yang terjadi di balik apa yang dipentaskan. Para penonton sering hanya tahu apa yang sudah ditampilkan. Sementara bagaimana cerita dan seting dikendalikan, hanya mereka saja yang tahu –bahkan mungkin pemain sekalipun hanya menjalankan skenario yang tertulis dalam naskah.

Dramaturgi salah satu bagian kecil dari interaksionisme simbolik dalam sosiologi. Orang-orang yang mendalami sesuatu, kadangkala hanya mampu menyelami secara utuh sebagian kecil saja dari rumitnya kehidupan ini. Dan orang sering terjebak apa yang mampu dilihat dengan mata, seolah itulah realitas yang sebenarnya, dan tidak berusaha mendalami apa yang sesungguhnya lebih lebar ada di sebaliknya.

Apa yang terlihat kadangkala bisa menipu kita. Tidak semua yang bisa ditangkap dengan mata sebagai keadaan yang sebenarnya, senyatanya. Bisa jadi ia hanya pantulan yang sengaja dibentuk oleh mereka yang memang menginginkannya.

Kehidupan yang tidak senyatanya, lalu ada kehidupan yang mendua. Jika ada orang mau memerankan secara sempurna dua muka, orang tua kita sudah lama menyebut fenomena demikian sebagai bube dua jab, seureukap dua muka, keudeh toe, keunoe rap.

 

Baca Juga:  Perencanaan Pembangunan Aceh Lemah
Tags: acehIndonesiaManusiaMuka DuaPerilaku
ShareTweetPinSendShare
Seedbacklink
Sulaiman Tripa

Sulaiman Tripa

Sulaiman Tripa adalah analis sosial legal dan kebudayaan. Dosen Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala.

Related Posts

Kelestarian Alam sebagai Jalan Kebahagiaan
Artikel

Kelestarian Alam sebagai Jalan Kebahagiaan

by Sulaiman Tripa
May 12, 2025
sulaiman tripa
Artikel

Lingkungan Bersih sebagai Hak Asasi

by Sulaiman Tripa
May 5, 2025
sulaiman tripa
Artikel

Hukum Lingkungan Berkeindonesiaan

by Sulaiman Tripa
May 2, 2025
sulaiman tripa
Artikel

Hukum Lingkungan dan Kesadaran Dampak Perubahan Iklim bagi Indonesia

by Sulaiman Tripa
April 28, 2025
sulaiman tripa
Artikel

Jalan Pembangunan Hijau

by Sulaiman Tripa
April 25, 2025
Load More

POPULAR NEWS

Waled Landeng: Prioritaskan Non-ASN R2 dan R3 Jadi PPPK Penuh Waktu

Waled Landeng: Prioritaskan Non-ASN R2 dan R3 Jadi PPPK Penuh Waktu

February 21, 2025
Gampong Lam Geu Eu Raih Juara Pawai Takbir Idul Fitri 1446 H Aceh Tahun 2025

Gampong Lam Geu Eu Raih Juara Pawai Takbir Idul Fitri 1446 H Aceh Tahun 2025

March 31, 2025
UIN Ar-Raniry Buka Prodi Manajemen Industri Halal, Mulai Terima Mahasiswa Baru

UIN Ar-Raniry Buka Prodi Manajemen Industri Halal, Mulai Terima Mahasiswa Baru

April 18, 2025
Realitas di Aceh Lebih ‘Bid’ah’ dari Filmnya

Realitas di Aceh Lebih ‘Bid’ah’ dari Filmnya

April 18, 2025
Wali Nanggroe, Waled Landeng dan Cap Sikureung di Malaya

Wali Nanggroe, Waled Landeng dan Cap Sikureung di Malaya

February 21, 2025

EDITOR'S PICK

Dari Thaif yang Berdarah Menuju Madinah yang Berkah

Dari Thaif yang Berdarah Menuju Madinah yang Berkah

April 6, 2025
Kemenag Aceh Serahkan 184 SK Redistribusi Guru, Tegaskan Tak Ada Pungutan

Kemenag Aceh Serahkan 184 SK Redistribusi Guru, Tegaskan Tak Ada Pungutan

January 10, 2025
Arsip dan Sejarah

Arsip dan Sejarah

March 20, 2025
Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh Submit Tiga Jurnal Ilmiah ke Scopus

Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh Tiga Jurnal Ilmiah ke Scopus

August 15, 2024
Seedbacklink
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Iklan
  • Aset
  • Indeks Artikel

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.

No Result
View All Result
  • Artikel
  • News
  • Biografi
  • Bisnis
  • Entertainment
  • Kesehatan
  • Kuliner
  • Lifestyle
  • Politik
  • Reportase
  • Resensi
  • Penulis
  • Kirim Tulisan

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.