Oleh: Musliadi
Mahasiswa Prodi Sosiologi Agama, UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Bertepatan pada tanggal 1 febuari 2022 perayaan Imlek. Yang di lakukan oleh keturan Tionghoa, Tahun baru Imlek 2573/2022, Di Vihara Dharma Bhakti Bhakti, Kota Banda Aceh, Selasa (01/02) Mereka melakukan Sembayang dan berdo’a memohon berkah, dan perlindungan dari yang maha kuasa.
Pelaksaan ibadah di Vihara Dharma Bhakti di Banda Aceh. Baru berlangsung saat seorang pria memukul gong dan lonceng yang tergantung di Vihara, di buyikan sebanyak tiga kali pada jam 00:00 WIB. Pertanda tahun baru imlek sudah tiba di Banda Aceh. Pada saat itu Vihara mulai dipadati dengan kedatangan orang-orang Tionghoa yang beragama Budha untuk melakukan ibadah.
Warga Tionghoa yang baru datang langsung di sambut dengan memilih Hio dengan berbagai ukuran yang telah disusun rapi di atas meja dekat dengan tangga. Pada saat itu ruangan mulai dipenuhi dengan asap dupa dalam ruang Vihara.
Respon Muslim Banda Aceh Terhadap perayaan hari Imlek.
Saya mencoba melihat beberapa respon muslim di Banda Aceh. Muhammad Ridha sebagai salah seorang Muslim yang taat di Banda Aceh, mengatakan bahwa kedatangannya ke lokasi Imlek, ingin melihat secara dekat perayaan Masyarakat Tionghoa. Bagaimana perayaan apakah benar selama ini yang di lihat lewat media bahwa Aceh tidak toleransi antar agama. Pada malam itu, ia melihat tidak seperti yang diberitakan lewat media-media bahwa Aceh tidak toleransi, melaikan sebaliknya. Masyarakat Islam di Banda Aceh, banyank yang datang juga menglihat-lihat perayaan Imlek dan bersimpati atas perayaan imlek. Bahkan sebagaian masyarakat dan anak muda muslim menjadi penjaga keamanan di sekitar Vihara yang lokasinya dekat dengan pusat perbelanaan Kota Banda Aceh. Ini menjadi gambar bahwa secara praktik, respon masyarakat Aceh sangat toleran, dan batas toleransinya diakui oleh sejarah Aceh.
Muslimah yang lain juga ikut memberi respon. Misalnya Tasya Alifah, sebagai seorang mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Walaupun Aceh ini kental akan keislamannya yang kental, tapi baginya wajib selalu menghargai dan menghormati antar manusia, sehingga mereka yang berbeda agama, seperi bisa merayakan imlek. Makanya indah kita bertoleransi, apalagi bisa berkolaborasi menyukseskannya.
Tiya Humaira, mahasiswa lain yang berasalah dari Universitas Syiah Kuala ikut memberi tanggapan bahwa masyarakat Aceh selalu menghargai umat antar agama. Walaupun itu bukan hari raya agamanya, tapi warga di Banda Aceh selalu menerima mereka yang berlainan agama untuk beribadah sesuai dengan agama mereka.
Ulan Simah Bengi, mahasiswa UIN Ar-Rraniru menyebutkan bahwa sebenarnya Aceh itu daerah yang toleransinya tinggi sekali, tercatat dalam banyak buku sejarah tentang kosmopilitnya Aceh. Dalam kehidupan sosial tidak dipungkiri bahwa dalam bersosial masyarakat muslim maupun non Muslim hidup dalam kerukunan hanya saja terkadang media terlalu menggiring opini negatif. Namun dalam kenyataannya baik Islam maupun agama lainnya dapat hidup bersosialisasi dan berdampingan dengan baik seperti yang terjadi pada malam perayaan Imlek tahun ini orang-orang yang bukan beragama Budha juga turut hadir menyaksikan tahu baru Imlek. Baginya ini moment penting yang perlu diketahui oleh beragama pihak.
Veni Mahasiswa Jurusan Sosiologi Agama Perayaan imlek di Banda Aceh cukup aman dan nyaman menurut pandangan saya. Walaupun minoritas tapi mereka tetap bisa beribadah dengan bebas. Perayaan hari raya Imlek mengambarkan bahwa Aceh cukup toleran karena acaranya tidak ada gangguan dari masyarakat, pada malam perayaan banyak kalang umat islam yang ada di sekitar Vihara.
Dengan terlaksananya acara tersebut membuktikan Aceh juga sangat Toleran tidak memandang dengan sebelah mata. Bahkan bapak pengawasan Vihara mengatakan tidak ada gangguan sama sekali dari masyarakat Aceh malah sebaliknya orang Islam juga datang menglihat-lihat kami melakukan ibadah, mereka juga mengawas di depan untuk keamanan kami. Masyarakat Aceh sangat menghormati, bahkan tidak sedikit juga masyarakat Aceh yang muslim datang berkunjung ke Vihara.
Sejarah Imlek
Perayaan Imlek tahun baru dalam sistem penanggalan China yang kerap diperingati dengan tradisi yang unik. Perayaan Imlek 2022 sendiri, bertepatan dengan tanggal 1 Februari 2022 pada pukul 00:00 WIB, acara akan berlangsung selama 15 hari kedepan. Berbeda dengan kalender Masehi, perhitungan kalender lunar atau Imlek didasarkan pada siklus bulan. Sebab itulah, ketetapan tanggal Imlek sedikit berbeda dari tahun ke tahun.
Melansir dari laman Perusahaan China Highlights, awal mula perayaan Imlek diperkirakan sudah ada sejak 3.500 tahun yang lalu. Tepatnya, sudah muncul pada masa Dinasti Shang (1600-1046 SM).
Pada saat itu orang mengadakan upacara pengorbanan untuk menghormati dewa dan leluhur pada awal atau akhir setiap tahun. Namun, saat ini perayaan Imlek sudah berkembang dan ada sejumlah adat istiadat yang sudah ditinggalkan.
Sementara itu, sejarah Imlek di Indonesia berawal dari kedatangan atang orang China ke Asia Tenggara sejak abad ke-3 Masehi, sebagaimana disampaikan oleh Pakar Ketimuran Denys Lombard. Saat itu, orang-orang China bermigrasi ke berbagai wilayah di Asia Tenggara untuk berdagang, salah satunya ke Nusantara
Akibatnya, kedatangan orang China berdampak pada perkembangan sistem kongsi, teknik kemaritiman, sistem moneter, teknik produksi, dan budidaya berbagai komoditas di Indonesia seperti gula, padi, tiram, udang, gara, dan lain-lain. Migrasi orang China ke nusantara di awal Masehi ini pun turut membawa budaya perayaan Imlek ke tengah masyarakat dan bagaimana perayaan Imlek di kota Syariah yaitu Provinsi Aceh?
Aceh memang di kenal dengan kentalnya ilmu agama Islam, walaupun begitu Aceh juga memiliki beberapa mayoritas Agama lain, seperti Kristen, Hindu, Budha dan lainya yang hidup berdampingan dengan muslim. Di Aceh bukan hanya ada mesjid saja juga ada Rumah Ibadah seperti umat Kristiani, Budha, Hindu, Katolik maka dari itu masyarakat di luar sana yang banyak mendapatkan hal buruk tentang Aceh lebih baik berkunjung langsung dan rasakan bagaimana nikmatnya beribadah di kota Syariat jangan takut tidak ada tempat Ibadah buat kawan-kawan yang Non Muslim.
Yuk, berkunjung ke Aceh secara langsung jangan menilai lewat media, tetapi membuat penilaian segera langsung di tempatnya.