SAGOETV | BANDA ACEH – Senyum ceria anak-anak dan semangat para pendidik di TK Harsya Ceria menyambut rombongan akademisi dari UIN Ar-Raniry, Jumat, 14 Februari 2025. Kunjungan ini dipimpin oleh Direktur Pascasarjana UIN Ar-Raniry, Prof. Dr. Eka Srimulyani, M.A., serta Dr. Nashriyah, M.A., Koordinator Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Ar-Raniry, yang hadir bersama mahasiswa S3 Pendidikan Agama Islam (PAI).
Mereka datang untuk melihat dan meresapi atmosfer pendidikan inklusi yang telah lama menjadi ruh sekolah TK Harsya Ceria tersebut.
Sejak langkah pertama memasuki lingkungan sekolah, tamu-tamu terhormat disambut oleh Ketua Yayasan Kayang Bangun Semesta, Bunda Saprina Siregar, yang dikenal sebagai penggagas pendidikan inklusi di Aceh. Didampingi Kepala Sekolah TK Harsya Ceria, Bu Meta Saharina, S.Sos.I., serta Wakil Bidang Kurikulum, Bu Siti Syafra, S.Pd., pertemuan berlangsung dalam suasana penuh kehangatan.
Bunda Saprina, dengan kelembutan yang khas, menjelaskan bagaimana TK Harsya Ceria menerapkan konsep pendidikan inklusi yang menitikberatkan pada penghargaan terhadap keunikan setiap anak. Dua strategi utama yang menjadi andalan sekolah ini adalah Kode dan Pembagian Peran bagi Guru serta Sofa Ekspresi Berbagi Rasa bagi Anak-anak. Strategi ini bukan sekadar teori, tetapi hasil dari pengalaman panjang dalam membangun sekolah yang ramah bagi semua anak, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus.
“Tidak ada produk Allah yang gagal,” ucap Bunda Saprina, suaranya bergetar penuh keyakinan. Filosofi ini menjadi landasan utama bagi para pendidik di Harsya Ceria, bahwa setiap anak adalah anugerah yang harus diperlakukan dengan penuh kasih sayang dan penghormatan.
Dr. Nashriyah, dalam refleksinya, mengungkapkan rasa kagumnya terhadap metode yang diterapkan di sekolah ini. “Kami sangat terkesan dengan suasana belajar yang hangat dan penuh kasih. Inilah pendidikan inklusi yang sesungguhnya, bukan sekadar menerima anak-anak berkebutuhan khusus, tetapi membangun lingkungan yang menghargai keberagaman dan menumbuhkan rasa saling menyayangi,” tuturnya.
Diskusi mengalir dalam suasana penuh inspirasi. Berbagai aspek pendidikan, mulai dari kurikulum hingga peran guru dalam membentuk karakter anak, menjadi pembahasan yang menghangatkan ruang diskusi.
“Keberhasilan sebuah sekolah sangat bergantung pada pemimpinnya. Pemimpin yang visioner, inspiratif, dan mampu menggerakkan tim akan membawa perubahan besar bagi pendidikan,” tambah Nashriyah.
Hari itu, kunjungan kedua tokoh pendidik di kampus ternama, Prof Eka Srimulyani, dan Dr Nashriyah bersama para mahasiswanya, menjadi titik temu antara dua dunia, yakni dunia akademisi dan praktisi pendidikan.
TK Harsya Ceria membuktikan secara nyata di lapangan bahwa inklusi bukan cuma jargon semata, melainkan wujud nyata dari pendidikan yang berpihak pada anak. Harapan pun melangit jadi doa, semoga inspirasi dari sekolah kecil ini mampu menerangi masa depan pendidikan di Aceh dan melahirkan lebih banyak lembaga yang mengusung semangat inklusif bagi semua anak manusia. Semoga saja. [nurmasyitah]