SAGOE TV | JAKARTA – Putra Aceh, Prof. Teuku Faisal Fathani, resmi menggantikan Prof. Dwikorita Karnawati sebagai Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Dalam pidato perdananya usai dilantik, Faisal menegaskan tekad untuk menjadikan BMKG tidak hanya sebagai pusat data, tetapi juga pusat aksi yang mampu memberikan dampak langsung bagi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.
Pelantikan Teuku Faisal Fathani sebagai Kepala BMKG digelar di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Senin (3/11/2025), dipimpin langsung oleh Menteri Perhubungan RI, Dudy Purwagandhi. Momen tersebut menjadi tonggak baru estafet kepemimpinan dari Dwikorita yang telah memimpin BMKG sejak 2017, kepada Faisal, sosok akademisi sekaligus inovator teknologi kebencanaan asal Aceh.
Dalam sambutannya pada acara Serah Terima Jabatan (Sertijab) Kepala BMKG di Auditorium BMKG, Jakarta, Senin (3/11), Faisal menyampaikan rasa syukur sekaligus tekad kuat untuk melanjutkan kiprah BMKG sebagai lembaga ilmiah yang tangguh dan adaptif terhadap perubahan zaman.
“Amanah sebagai Kepala BMKG bukan sekadar jabatan, tetapi juga panggilan untuk menjaga bangsa dari ancaman yang tak kasat mata, mulai dari gempa bumi, tsunami, hingga perubahan iklim yang kian nyata,” ucap Faisal dalam pidato perdananya, dikutip dari laman resmi BMKG, Rabu (5/11).
Faisal menekankan pentingnya kolaborasi, inovasi, serta pemanfaatan teknologi di seluruh lini BMKG agar lembaga ini mampu menjadi lebih dari sekadar pusat data, tetapi juga pusat aksi.
“BMKG harus menjadi lebih dari pusat data, tetapi juga pusat aksi. Tantangan yang dihadapi bukan hanya teknis, tetapi juga sosial dan komunikasi menjangkau nelayan, petani di lereng gunung, hingga anak-anak di sekolah. Menuju Indonesia Emas 2045, ketahanan bangsa tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada ketahanan iklim dan ketangguhan bencana,” ujarnya.
Ia menyoroti perlunya strategi komunikasi publik yang efektif agar informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk nelayan, petani di lereng gunung, hingga anak-anak sekolah.
“Saya mendapatkan informasi bahwa ratusan SDM BMKG telah menempuh pendidikan S2 dan S3. Potensi besar ini harus terus ditumbuhkan agar BMKG menjadi lembaga yang andal, akurat, dan profesional. Kita hidup di era penuh tantangan, masyarakat menuntut informasi yang cepat, tepat, dan mudah dipahami,” tambahnya.
Lebih lanjut, Faisal menekankan pentingnya integritas dan keikhlasan dalam menjalankan tugas pelayanan publik. Ia mengibaratkan BMKG sebagai penjaga yang bekerja di balik layar, namun keputusannya berdampak langsung pada keselamatan dan aktivitas masyarakat.
“BMKG harus menjadi lembaga negara yang kuat dan berorientasi pelayanan, baik bagi publik maupun bagi mitra kementerian dan lembaga, di dalam maupun luar negeri,” ujarnya.
Sementara itu, Dwikorita Karnawati dalam sambutannya mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih yang mendalam kepada seluruh insan BMKG atas dukungan dan dedikasi selama masa kepemimpinannya. Ia mengenang berbagai pengalaman menegangkan saat menghadapi gempa Lombok, tsunami Palu, hingga tsunami Selat Sunda, yang menjadi ujian sekaligus pembuktian ketangguhan BMKG.
“Alhamdulillah, karena amanah, aman, dan iman, Allah menolong kita sehingga sampai hari ini BMKG tetap eksis dan terus dipercaya masyarakat. Saya sangat bersyukur dan berterima kasih, berkat dedikasi, pemikiran, dan kerja keras seluruh insan BMKG, kini BMKG telah berhasil merasuki sanubari masyarakat Indonesia, mulai dari anak-anak sekolah hingga, insya Allah, Presiden,” ungkap Dwikorita.
Profil Singkat Teuku Faisal Fathani
Prof. Ir, Teuku Faisal Fathani, S.T., M.T., Ph.D, IPU., lahir di Banda Aceh, 26 Mei 1975. Ia dikenal sebagai pakar geoteknik dan teknologi kebencanaan.
Faisal menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di Bidang Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik UGM, serta meraih gelar doktor bidang geoteknik dari Tokyo University of Agriculture and Technology, Jepang, serta menjalani post-doctoral di Public Policy Center, The University of Iowa, Amerika Serikat. Sebelum menjabat Kepala BMKG, ia adalah Guru Besar dan Kepala Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan UGM.
Sebagai ilmuwan, Faisal berperan penting dalam pengembangan sistem deteksi dini longsor berbasis sensor dan Internet of Things (IoT), sebuah inovasi kebencanaan yang kini telah terpasang di berbagai daerah rawan longsor di 12 provinsi di Indonesia, serta diimplementasikan oleh sejumlah perusahaan tambang dalam dan luar negeri.
Teknologi ciptaannya menjadi salah satu terobosan strategis dalam sistem peringatan dini (early warning system) dan menjadi bukti nyata penerapan sains untuk mitigasi risiko geoteknik. Inovasi ini sejalan dengan semangat BMKG dalam memperkuat inovasi dan integrasi data untuk melindungi kehidupan masyarakat dari ancaman bencana. []




















