• Tentang Kami
Tuesday, May 20, 2025
SAGOE TV
No Result
View All Result
SUBSCRIBE
KIRIM TULISAN
  • News
  • Podcast
  • Olahraga
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Nasional
  • Analisis
  • News
  • Podcast
  • Olahraga
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Nasional
  • Analisis
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result

Tet Apam Budaya Perlu Dilestarikan

SAGOE TV by SAGOE TV
March 24, 2025
in Artikel
Reading Time: 4 mins read
A A
0
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Muzakkir, M.Ed.

Guru SMAN Ulumul Quran Pidie dan Alumnus Pertukaran Guru Ke Amerika Serikat.

BACA JUGA

Kelestarian Alam sebagai Jalan Kebahagiaan

Lingkungan Bersih sebagai Hak Asasi

”Gadeh aneuk mupat jerat gadeh adat hana pat tamita” hadis maja ini sangat cocok untuk didiskusikan untuk beberapa hari ini, semenjak kepala dinas pendidikan Pidie mengeluarkan surat edaran nomor 421/674/2021 tertanggal 16 Februari 2021 tentang khanduri apam di lingkungan kerja dinas pendidikan Pidie.

Hampir semua media masa di sibukkan dengan berita ini, bahkan hampir semua warung kopi juga mendiskusikan masalah ini berbagai macam argumen muncul baik yang pro maupun yang kontra dengan intruksi ini. Banyak kalangan yang menilai ini adalah program yang sia – sia tanpa perencanaan, bahkan ada yang menilai dinas pendidikan Pidie tidak memiliki program lain yang lebih bermartabat, serta banyak komen – komen miring lainnya yang menyudutkan dinas pendidikan.

Adat dan pendidikan adalah dua mata sisi uang yang tidak bisa dipisahkan, banyak kalangan yang menilai bahwa adat bukanlah bagian penting dari sebuah pendidikan. Adat dan budaya adalah kearifan lokal yang harus di lestarikan salah satu cara melestarikan budaya adalah dengan menjadikan sekolah dan pendidikan sebagai media promosi. Budaya harus dimasukkan dalam setiap pembelajaran sehingga kehadirannya bukan lah hal yang aneh di kalangan masyarakat kita, harapan kita adalah adat dan budaya kita tidak akan aneh di rumah sendiri. Sekolah sebagai alat pemerintah untuk melestarikan budaya harus dijadikan ujung tombak dalam merawat dan melestarikan budaya daerah.

Hari ini sangat jarang kita temukan anak – anak sekolah yang mengenal jengki, leusong, haluwa,  dan makanan – makanan tradisonal lainnya, yang lebih sedih lagi sangat banyak anak – anak Aceh yang lahir dari orang tua berketurunan Aceh masing tinggal di Aceh namun malu mengajarkan anak – anaknya untuk berbahasa Aceh, seakan – akan bahasa Aceh adalah bahasa bagi mereka yang berekonomi menengah kebawah, rasa malu ini akan muncul disaat kita merantau ke luar negeri dimana setiap rumah orang Aceh masih membudayakan bahasa Aceh sebagai bahasa pengantar utama di rumah mereka.

Baca Juga:  Aceh; Meningkatnya Kriminal, Gagal Investasi dan Tampilnya Ulama

Banyak wali murid akan protes jika guru menggunakan bahasa Aceh sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran padahal mereka semua adalah ureng Aceh. Jika kita melirik kebiasaan di daerah lain sungguh iri hati ini, berbagai macam cara dan upaya akan mereka lakukan untuk merawat adat dan budaya mereka ada dengan cara mewajibkan pakaian adat pada hari – hari tertentu, mewajibkan bahasa daerah pada hari tertentu serta banyak hal lain yang mereka lakukan. Rasa senang muncul di saat bupati Aceh besar mengeluarkan edaran tentang penggunaan bahasa Aceh di bandara sultan Iskandar Muda.

Keberhasilan pendidikan tidak hanya diukur dari segi kognitif semata namun banyak aspek lain yang perlu diperhatikan sehingga pembelajaran tidak semata – mata untuk lulus diperguruan tinggi, atau menjadi juara olimpiade nasional, namun pendidikan harus mampu menjadikan siswa merasa nyaman dan tenang jika berada di lingkungan sekolah. Tidak ada hal negatif dari surat edaran yang dikeluarkan oleh dinas pendidikan Pidie. Bahkan ini adalah langkah yang maju dalam melestarikan budaya nangroe.

Permasalahan ”tet apam” dapat dipandang dengan beberapa sudut pandang, sehingga penilaiannya tidak pada tataran emosional apalagi sudut pandang rival politik, bahkan yang sangat sedih jika mereka praktisi pendidikan dan paham ilmu pendidikan namun tidak bisa memandang ini sebagai sebuah terobosan yang luar biasa dalam pelestarian budaya lokal. Dari sudut pandang ilmu pendidikan banyak teori yang menyatakan bahwa ”tet apam” bisa dijadikan sebagai media pembelajaran yang sangat berkesan bagi siswa. Teori pendidikan yang sangat banyak di anut oleh pendidik saat ini adalah teori constructivisme yang dikembangkan oleh Vygotsky dimana dalam teori ini ia menyatakan bahwa anak – anak akan menyusun pengetahuannya berdasarkan pengalaman sosial serta interaksi sosial yang mereka alami.

Baca Juga:  Cet Langet

“Tet apam” bisa dijadikan sebagai projek Science, Technology, Engginering, and Mathematics (STEM) dalam pembelajaran dimana semua pelajaran di libatkan mulai  dari bahan pembuatannya, proses pembuatannya, serta cara menyajikan. Banyak hal yang bisa di nilai dari setiap proses yang mereka alami. Semua mata pelajaran telibat dalam pelaksaan tet apam. Guru sebagai nahkoda dalam proses ini harus mampu mengakomodir dan menjadikan proses ini bermakna daro segi sosial dan bermakna bagi keimuan mereka.

Dari sudut pandang ethnologi atau ilmu budaya, maka semua pelajaran harus melibatkan unsur ethno dalam pembelajaran, sehingga anak – anak tidak merasa asing dengan ilmu yang sedang mereka pelajari. Di negara maju ethnologi menjadi topik yang hangat untuk di kaji pada masa ini sehingga muncul cabang – cabang ethnologi dalam masing – masing pelajaran seperti ethnomathametic dimana unsur budaya menjadi media dalam pembelajaran matematika, sehingga setiap pelajaran yang mereka pelajari tidak akan jauh dari kebiasaan keseharian mereka. Siswa akan lebih aktif dan kreatif jika mereka dilibatkan dalam pembelajaran secara langsung.

Proses ”tet apam” akan menarik dan menjadi tradisi yang harus dikembangkan dan dikelola dengan sangat baik dan rapi di setiap jenjang, penglibatan guru dalam proses pelaksanaan tet apam disesuaikan dengan latar belakang masing – masing dan mengarahkan anak – anak untuk dapat menggali setiap informasi yang diperoleh mulai dari bahan hingga penyajiannya. Banyak nilai karakter yang bisa ditaman pada anak, sehingga proses tet apam bukan sebatas mengurangi jam belajar anak, bukam program tanpa perencanaan namun sebuah program yang sangat matang dan bagus dalam memperkenalkan budaya lokal pada si anak serta dapat menumbuhkan  nilai – nilai karakter sebagaimana yang diharapkan dalam kurikulum nasional.

Baca Juga:  Resep Palsu Pengentasan Kemiskinan

Pendidikan tidak semata – mata tentang pengetahuan namun pendidikan adalah proses perubahan yang harus dilakoni oleh peserta didik dengan bimbingan dan arahan oleh guru sebagai pendamping. Jika kelulusan ke perguruan tinggi menjadi patokan mutu pendidikan maka sungguh disayangkan hanya sebagian kecil dari alumni sekolah menengah kita yang tertarik untuk kuliah dan sebagai besar lainnya lebih memilih untuk bekerja, jika patokan pendidikan nasional adalah juara olimpiade nasional maka kita hanya berharap robot – robot masa depan yang hanya mengenal dunia namun lupa akan budaya dan agama. Namun pendidikan adalah universal dan harus dilihat dari berbagai sudut pandang, sehingga penilaian terhadap program pendidikan akan lebih objektif dan adil. []

Tags: acehArtikelBudaya
ShareTweetPinSendShare
Seedbacklink
SAGOE TV

SAGOE TV

SAGOETV.com adalah platform media digital yang memberi sudut pandang mencerahkan di Indonesia, berbasis di Banda Aceh. SAGOETV.com fokus pada berita, video, dan analisis dengan berbagai sudut pandang moderat.

Related Posts

Kelestarian Alam sebagai Jalan Kebahagiaan
Artikel

Kelestarian Alam sebagai Jalan Kebahagiaan

by Sulaiman Tripa
May 12, 2025
sulaiman tripa
Artikel

Lingkungan Bersih sebagai Hak Asasi

by Sulaiman Tripa
May 5, 2025
sulaiman tripa
Artikel

Hukum Lingkungan Berkeindonesiaan

by Sulaiman Tripa
May 2, 2025
sulaiman tripa
Artikel

Hukum Lingkungan dan Kesadaran Dampak Perubahan Iklim bagi Indonesia

by Sulaiman Tripa
April 28, 2025
sulaiman tripa
Artikel

Jalan Pembangunan Hijau

by Sulaiman Tripa
April 25, 2025
Load More

POPULAR NEWS

Waled Landeng: Prioritaskan Non-ASN R2 dan R3 Jadi PPPK Penuh Waktu

Waled Landeng: Prioritaskan Non-ASN R2 dan R3 Jadi PPPK Penuh Waktu

February 21, 2025
Gampong Lam Geu Eu Raih Juara Pawai Takbir Idul Fitri 1446 H Aceh Tahun 2025

Gampong Lam Geu Eu Raih Juara Pawai Takbir Idul Fitri 1446 H Aceh Tahun 2025

March 31, 2025
UIN Ar-Raniry Buka Prodi Manajemen Industri Halal, Mulai Terima Mahasiswa Baru

UIN Ar-Raniry Buka Prodi Manajemen Industri Halal, Mulai Terima Mahasiswa Baru

April 18, 2025
Realitas di Aceh Lebih ‘Bid’ah’ dari Filmnya

Realitas di Aceh Lebih ‘Bid’ah’ dari Filmnya

April 18, 2025
Wali Nanggroe, Waled Landeng dan Cap Sikureung di Malaya

Wali Nanggroe, Waled Landeng dan Cap Sikureung di Malaya

February 21, 2025

EDITOR'S PICK

Peran Guru Sentral untuk Membendung Paham Radikalisme di Aceh

Peran Guru Sentral untuk Membendung Paham Radikalisme di Aceh

May 16, 2023
22 Ribu Warga Aceh Alami Gangguan Jiwa, Instalasi Rehabilitasi Terpadu Diresmikan

22 Ribu Warga Aceh Alami Gangguan Jiwa, Instalasi Rehabilitasi Terpadu Diresmikan

April 16, 2025
Pj Gubernur Aceh; Rumput Stadion H Dimurthala Bagus

Pj Gubernur Aceh; Rumput Stadion H Dimurthala Bagus

August 25, 2024
gempa

Gempa Terkini di Aceh: Simeulue Diguncang M4,8, BMKG Catat 1 Aftershock

May 18, 2025
Seedbacklink
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Iklan
  • Aset
  • Indeks Artikel

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.

No Result
View All Result
  • Artikel
  • News
  • Biografi
  • Bisnis
  • Entertainment
  • Kesehatan
  • Kuliner
  • Lifestyle
  • Politik
  • Reportase
  • Resensi
  • Penulis
  • Kirim Tulisan

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.