Oleh: Risnawati binti Ridwan
Penulis adalah Alumnus STKS Bandung dan ASN Pemko Banda Aceh.
Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) selain memiliki kewajiban menjalankan tugas dan fungsi. Harus memiliki kemampuan mengembangkan diri melalui berpikir kritis dan objektif. Tentu dapat menampilkan dalam bentuk tulisan yang mudah dipahami oleh banyak orang.
Dalam beberapa peristiwa yang berkaitan dengan pelaksanaan program pemerintah, banyak muncul berita yang menimbulkan kesalahpahaman masyarakat dan berakibat semakin tingginya tingkat ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Beberapa waktu yang lalu, muncul berita yang menimbulkan keresahan masyarakat sehingga berbondong-bondong mendatangi instansi terkait untuk menanyakan berita tersebut. Dimana di berita online diberitakan bahwa untuk mendapatkan bantuan sosial hanya membawa KK dan KTP dan akan segera mendapatkan bantuan sosial sebesar 500 ribu rupiah. Tetapi tidak adanya berita sanggahan secara tertulis menyimpulkan bahwa pemmerintah abai dengan infromasi yang tidak benar dan membiarkan masyarakat mencari informasi secara mandiri.
Selain itu ada juga kejadian, adanya program pemerintah yang telah diluncurkan tetapi tidak adanya sosialisasi dan kemudian saat program telah kadaluarsa masyarakat baru ngeh dan menanyakan ke instansi tentang program tersebut.
Kejadian ini pernah terjadi di Tahun 2020, dimana ada program pemerintah memberi bantuan tunai kepada keluarga korban covid19 yang meninggal. Namun akibat tidak adanya sosialisasi sampai ke jenjang di tingkat kabupaten/kota maka instansi terkait tidak mengetahui program tersebut. Dan pada saat masyarakat menanyakan tentang program tersebut, instansi tingkat kabupaten/kota menjadi kelimpungan.
Pada kejadian inilah dituntutnya kebutuhan seorang ASN yang bergerak di bidang tersebut yang dapat menjelaskan tentang program sehingga masyarakat paham karena disampaikan dengan bahasa yang mudah.
Sepatutnyalah seorang ASN untuk mampu untuk menulis secara ilmiah dan atau populer sebuah permasalahan dan solusi yang ada dalam ruang lingkupnya sehingga masyarakat paham tentang program pemerintah dan tentunya sebagai dukungan masyarakat terhadap pemerintah.
Kemampuan dalam mengolah bahasa tulisan juga menuntut kemampuan lainnya seperti komunikasi, kolaborasi, kreatifitas dan berfikir kritis. Begitu banyak peluang bagi ASN untuk menulis tentang ruang lingkupnya karena mereka paham seluk beluk dari permasalahan yang terjadi tersebut.
Berdasarkan pengalaman saya sendiri selama berada dalam sistem birokrasi pemerintahan, selama ini secara umum masyarakat memandang bahwa ASN adalah orang yang hanya bisa kerja datang pagi pulang sore tanpa melakukan hal-hal kreatifitas apapun yang bermanfaat.
Orang mau sepintar apapun saat telah menjadi ASN akan menjadi bego. Ungkapan itu juga saya terima dari beberapa teman. Sebenarnya bukan mau dia jadi bego. Tapi mungkin sistem yang membuat mereka menjadi begitu. Mereka hanya di tuntut untuk melakukan pekerjaan itu-itu saja tanpa diberi kesempatan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan terbaiknya.
Saatnya untuk para ASN untuk menunjukkan kemampuan terbaik dari diri ASN . Termasuk kemampuan menulis ini juga. Banyak juga saya jumpai ASN yang mampu menulis, bahkan mungkin dengan sedikit polesan maka akan menghasilkan tulisan yang renyah dan kriuk sehingga pembaca mudah memahami program pemerintah.
ASN adalah salah satu agen perubah (agen of change) yang merupakan kunci dalam mendorong tumbuhnya literasi yang memadai di masyarakat. Bukan tanpa sebab, karena di sanalah sejumlah data, informasi hingga kebijakan dirumuskan dan dilaksanakan. Tentu akan sangat baik jika seluruh ‘embarkasi pesan’ tersebut ditulis para ASN sebagai bagian dari cara mengisi ruang publik dengan tulisan yang positif dan terpercaya. Mengingat kita selama ini sangat kepayahan dalam meng-counter sejumlah disinformasi, misinformasi, dan kabar sesat (hoaks).
Harapan ini bukanlah harapan yang muluk, karena pada kenyataannya ASN sudah dituntut menulis laporan kegiatan sehingga sudah dapat dipastikan dalam merangkai bahasa tulisan sudah ada pattern yang tercipta. Walaupun tulisan ASN bersifat segmented dimana sasaran tulisan lebih kepada orang-orang yang berkaitan dengan bidang tugasnya saja.
Hal ini tentunya disebabkan oleh terlalu mendalamnya seorang ASN memahami istilah-istilah yang berkaitan dengan pekerjaannya saja, sehingga saat menulis dalam konteks yang lebih populer, bahasa yang muncul adalah bahasa birokrasi sehingga sulit dipahami masyarakat kebanyakan.
Kemampuan menulis juga menjadi jawaban atas kelemahan birokrasi saat ini, yaitu lamanya alih pengetahuan dari satu senior ke bawahannya. Hal ini dikarenakan budaya menulis yang kurang ditumbuh kembangkan di kalangan ASN. Sehingga menjadi penting bagi ASN semua untuk belajar menulis, sehingga pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki bisa dituliskan dalam bentuk yang tampak untuk nantinya bisa dipelajari oleh ASN muda yang masih dalam proses peningkatan kapasitas.
Dengan menghasilkan tulisan yang baik dan bagus maka otomatis akan meningkatkan kemampuan ASN dalam berfikir kritis. Tentunya hal ini akan menghasilkan juga pemikiran-pemikiran kritis yang digunakan dalam membuat perencanaan yang akan bermanfaat bagi masyarakat.
Dalam menulis juga seorang ASN akan dapat melatih dirinya untuk melihat suatu permasalahan dari sudut pandang berbeda. Misalnya, seorang ASN yang bekerja dalam bidang komunikasi dan informasi, dan dia harus menulis tentang gelandangan dan pengemis atau gepeng sebagai tugas dari atasannya.
Tentunya ASN tersebut akan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah tersebut. Jika selama ini melihat gelandangan pengemis ini merupakan “sampah masyarakat”, tetapi pada saat menulis ASN ini akan memperkirakan apa yang dicari oleh si gelandangan saat dia berada di jalanan dan kepuasan yang bagaimana yang diinginkan oleh si gelandangan tersebut.
Melihat penyebab dikarenakan keterbatasan ekonomi dan kesehatan mental pribadi dari orang tersebut merupakan sudut pandang yang banyak dilihat orang. Tetapi beranggapan bahwa seseorang menjadi gelandangan merupakan salah satu profesi yang cepat menjadi kaya tanpa membutuhkan modal banyak, bahkan dengan bangganya menunjukkan pada sekelilingnya bahwa dia mampu membeli rumah dan mobil hanya dengan “bekerja” sebagai gelandangan.
Maka sebagai hasil pemantauan linkungan, membaca referensi yang ada dan pengalaman pribadi tentunya dapat menghasilkan tulisan yang menggunakan bahasa yang lugas, mudah dipahami dan sangat merakyat. Artinya bahasa yang digunakan adalah yang mudah dipahami oleh orang awam yang tidak pernah mengerti permasalahan sosial.
Contoh lainnya, seorang ASN harus membuat narasi yang menggambarkan hasil program kegiatan yang telah dilaksanakan. Dengan mempunyai kemampuan menulis, maka lebih mudah menulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar sehingga orang akan menjadi mengerti dan menghindari kesalahpahaman yang akan timbul.
Dapat disimpulkan bahwa pentingnya seorang ASN mempunyai kemampuan menulis sehingga masyarakat dapat melihat bahwa ASN sebagai atribut dari pemerintah mempunyai langkah-langkah nyata dalam membangun negeri ini. Dalam menyusun perencanaan program, melaksanakan kegiatan dan dalam mengevaluasi program akan dapat dilihat secara nyata, bukan hanya berbentuk wacana. []