• Tentang Kami
Monday, December 22, 2025
SAGOE TV
No Result
View All Result
SUBSCRIBE
KIRIM TULISAN
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Analisis
  • BENCANA SUMATERA 2025
  • DATA BENCANA ACEH 2025
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Analisis
  • BENCANA SUMATERA 2025
  • DATA BENCANA ACEH 2025
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result

Bendera Putih Aceh dan Frustrasi Kolektif yang Ditahan

Anna Rizatil by Anna Rizatil
December 19, 2025
in Opini
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Bendera Putih Aceh dan Frustrasi Kolektif yang Ditahan

Safuadi. ST., M.Sc., Ph.D

Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Safuadi Harun
Pemerhati Ekonomi dan Pembangunan Aceh

Bencana kembali menyelimuti Aceh. Hujan ekstrem, banjir bandang, dan siklon yang menyapu 18 kabupaten/kota menambah panjang daftar duka di tanah ini. Di berbagai desa terlihat bendera putih berkibar bukan sebagai simbol menyerah, melainkan penanda bahwa masyarakat sedang memanggil empati dunia.

Fenomena ini dapat dibaca melalui teori psikologi sosial klasik: Frustration–Aggression Theory, sebagaimana dikemukakan oleh John Dollard, Neal Miller, Leonard Doob, O.H. Mowrer, dan Robert Sears dalam buku “Frustration and Aggression” (1939). Teori ini menjelaskan hubungan kausal antara hambatan tujuan, frustrasi emosional, dan munculnya agresi.

BACA JUGA

Membangun Kembali Aceh Pasca Bencana Banjir: Dari Krisis ke Rebound Ekonomi

Gas ORDAL di Tengah Bencana: Ketika Hak Publik Dikalahkan Akses Orang Dalam

Menurut teori tersebut, ketika individu atau kelompok terhalang mencapai tujuan hidupnya seperti bekerja, bertani, menempati rumah, bersekolah maka muncullah frustrasi. Frustrasi memicu ketegangan psikologis yang mendorong individu merespons dalam bentuk agresi untuk mereduksi tekanan tersebut.

Dalam konteks Aceh, bencana berulang menghadang tujuan-tujuan dasar itu. Rumah hanyut, ladang hilang, jalan terputus, dan masa depan menjadi kabur. Ini bukan sekadar kerugian fisik, ia merusak rasa kendali atas hidup. Hambatan berulang ini membentuk frustrasi sosial kolektif.

Namun menurut Dollard dkk, agresi tidak selalu muncul dalam bentuk kekerasan fisik. Ia bisa berubah menjadi agresi teralihkan atau bahkan sublimasi simbolik melalui norma budaya dan religius. Nilai‐nilai gotong royong, kesalehan kolektif, dan memori emosional tsunami 2004 menjadi penyangga sosial yang menghalangi ledakan agresi destruktif di Aceh.

Karena kanal kekerasan dibendung norma, energi emosional mencari ekspresi lain. Di sinilah bendera putih Aceh menemukan maknanya sebagai kanal agresi yang disublimkan menjadi seruan moral. Bendera putih itu bukan lambang pasrah, tetapi pesan psikososial: “Kami mencapai batas daya. Kami memilih damai. Tetapi dunia, lihatlah kami.”

Baca Juga:  AI, Kegelapan, dan Harapan

Bendera putih menjadi simbol frustrasi kolektif yang menolak berubah menjadi kekerasan. Alih-alih merusak, masyarakat Aceh memilih menyalurkan ketegangan emosional melalui tanda visual yang memanggil perhatian dan empati. Ini adalah bentuk agresi pasif yang diarahkan keluar, dengan harapan dunia menatap melalui mata nurani.

Teori Frustrasi–Agresi membantu kita memahami bahwa bencana bukan hanya peristiwa alam. Ia menciptakan hambatan struktural yang menghasilkan frustrasi sosial. Jika frustrasi ini tak mendapat respons atau ruang pemulihan, ia berpotensi bermuara pada agresi destruktif. Kanal simbolik seperti bendera putih merupakan mekanisme sosial untuk meredam potensi itu.

Karena itu, saat masyarakat mengangkat bendera putih di tengah banjir dan longsor, dunia harus membaca pesan psikologis kolektif ini. Bahwa ketahanan sosial mereka luar biasa, tetapi tidak tanpa batas. Bahwa energi frustrasi itu harus dijawab bukan hanya dengan simpati, tetapi dengan tindakan nyata dan sistem dukungan yang berkeadilan.

Aceh kini berdiri di titik kritis: antara ketabahan dan keputusasaan. Bendera putih adalah seruan terakhir agar dunia hadir sebelum frustrasi itu berubah bentuk. Kita berharap, sebagaimana dicatat Dollard dan koleganya pada 1939, agresi tidak jatuh pada bentuk destruktif, tetapi dialihkan menjadi solidaritas, empati, dan percepatan bantuan kemanusiaan.

Namun pertanyaan yang mengemuka kini adalah: sampai kapan Aceh mampu bertahan dalam situasi sulit yang berulang ini? Ketangguhan sosial masyarakat Aceh memang kuat, tetapi daya tahan psikologis memiliki batas. Ketika bencana berulang menghancurkan sumber penghidupan, menunda pemulihan ekonomi, dan mengguncang rasa aman, frustrasi kolektif perlahan menumpuk. Jika kanal simbolik seperti bendera putih tidak direspons dengan tindakan cepat dan nyata, tanda itu dapat berubah makna; dari seruan empati menjadi gejala keputusasaan. Inilah saatnya negara, pemerintah daerah, dunia usaha, civil society, dan komunitas global memahami bahwa resiliensi masyarakat tidak boleh dianggap taken for granted.

Baca Juga:  Dialog Kinerja BDK Aceh 2025 untuk Tingkatkan Kinerja ASN

Karena itu, perlu atensi penuh dan terkoordinasi dari semua pihak agar suasana frustrasi ini tidak terdorong ke arah agresi destruktif. Pemerintah harus memastikan langkah rekonstruksi dan rehabilitasi secepatnya. Media perlu menjaga sensitivitas narasi. Akademisi dan lembaga sosial harus menguatkan dukungan psikososial, bukan sekadar bantuan fisik. Bencana alam memang tidak dapat dicegah, namun frustrasi sosial dapat dikelola. Dengan membaca bendera putih sebagai sinyal awal tekanan kolektif, bukan sekadar simbol keputusasaan, para pemangku kepentingan dapat bertindak sebelum energi frustrasi itu mencari jalan agresi yang lebih keras. Aceh bukan hanya memerlukan empati, tetapi kepemimpinan kolaboratif untuk mencegah tragedi sosial susulan. Bendera putih bukan tanda menyerah. Ia adalah tanda kehidupan dan harapan.[]

Tags: acehBencana AcehBencana Sumatera 2025Bendera PutihFrustasi KolektifopiniSafuadi. ST.
ShareTweetPinSend
Seedbacklink
Anna Rizatil

Anna Rizatil

Related Posts

Membangun Kembali Aceh Pasca Bencana Banjir: Dari Krisis ke Rebound Ekonomi
Opini

Membangun Kembali Aceh Pasca Bencana Banjir: Dari Krisis ke Rebound Ekonomi

by Anna Rizatil
December 20, 2025
Gas ORDAL di Tengah Bencana: Ketika Hak Publik Dikalahkan Akses Orang Dalam
Opini

Gas ORDAL di Tengah Bencana: Ketika Hak Publik Dikalahkan Akses Orang Dalam

by Anna Rizatil
December 19, 2025
Islam: Kekuatan Healing Orang Aceh dalam Menghadapi Bencana
Opini

Islam: Kekuatan Healing Orang Aceh dalam Menghadapi Bencana

by SAGOE TV
December 17, 2025
Menjadi Pemimpin Rita Khathir
Opini

Menjadi Pemimpin Totalitas

by SAGOE TV
December 12, 2025
Jangan Kirim Kami Makanan, Kirim Saja Kain Kafan
BENCANA SUMATERA 2025

Jangan Kirim Kami Makanan, Kirim Saja Kain Kafan

by SAGOE TV
December 9, 2025
Load More

POPULAR PEKAN INI

Islam: Kekuatan Healing Orang Aceh dalam Menghadapi Bencana

Islam: Kekuatan Healing Orang Aceh dalam Menghadapi Bencana

December 17, 2025
Cerita Penanganan Darurat Dua Bencana di Aceh: Tsunami 2004 dan Banjir 2025

Cerita Penanganan Darurat Dua Bencana di Aceh: Tsunami 2004 dan Banjir 2025

December 4, 2025
Paket COD dari Gunung

Paket COD dari Gunung: Negara Tak Datang

December 16, 2025
Koalisi Masyarakat Sipil Aceh Kibarkan Bendera Putih, Desak Status Darurat Nasional Banjir Sumatra

Koalisi Masyarakat Sipil Aceh Kibarkan Bendera Putih, Desak Status Darurat Nasional Banjir Sumatra

December 18, 2025
Update Donasi untuk Bencana Sumatera 2025 via SAGOETV

Update Donasi untuk Bencana Sumatera 2025 via SAGOETV

December 12, 2025
Ketika Istana Negara Tenggelam

Ketika Istana Negara Tenggelam

December 15, 2025
Puisi untuk Bencana Sumatera: Tuan Katakan Dusta

Puisi untuk Bencana Sumatera: Tuan Katakan Dusta

December 20, 2025
Bendera Putih Aceh dan Frustrasi Kolektif yang Ditahan

Bendera Putih Aceh dan Frustrasi Kolektif yang Ditahan

December 19, 2025
Membangun Kembali Aceh Pasca Bencana Banjir: Dari Krisis ke Rebound Ekonomi

Membangun Kembali Aceh Pasca Bencana Banjir: Dari Krisis ke Rebound Ekonomi

December 20, 2025

EDITOR'S PICK

Persiraja Tunjuk Akhyar Ilyas Jadi Pelatih Sementara Jelang Liga 2 2024/25

Persiraja Tunjuk Akhyar Ilyas Jadi Pelatih Sementara Jelang Liga 2 2024/25

September 8, 2024
Jack Ma dan Kontestasi Budaya Ekopol China di Pentas Global

Jack Ma dan Kontestasi Budaya Ekopol China di Pentas Global

March 24, 2025
DKP Aceh dan BI Bahas Rencana Pabrik Pengalengan Ikan

DKP Aceh dan BI Bahas Rencana Pabrik Pengalengan Ikan

January 13, 2025
USK Berbagi Paket Bahan Pokok untuk Penyapu Jalan di Lingkungan Kampus

USK Berbagi Paket Bahan Pokok untuk Penyapu Jalan di Lingkungan Kampus

March 23, 2025
Seedbacklink
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Iklan
  • Aset
  • Indeks Artikel

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.

No Result
View All Result
  • Artikel
  • News
  • Biografi
  • Bisnis
  • Entertainment
  • Kesehatan
  • Kuliner
  • Lifestyle
  • Politik
  • Reportase
  • Resensi
  • Penulis

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.